REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eco driving atau berkendara ramah lingkungan kini terus dikampanyekan. Direktur Utama PT Jasa Marga Toll Road Operator Raddy R Lukman mengatakan, Jasa Marga sangat mendukung budaya eco driving karena hal ini juga memengaruhi kenyamanan pengendara, terutama saat melintas di jalan tol.
Dukungan terhadap budaya eco driving sekaligus menjadi komitmen bahwa Jasa Marga juga memiliki perhatian terhadap perilaku berkendara yang berwawasan lingkungan.
Pasalnya, saat ini rata-rata dalam sehari terdapat 3,4 juta kendaraan yang melintas di jalan tol Jasa Marga. Mayoritas kendaraan yang menggunakan sarana jalan tol merupakan kendaraan golongan I yang mencakup kendaraan pribadi, truk ringan, dan bus.
“Kecelakaan yang terjadi pun kerap melibatkan kendaraan golongan I,” kata Radyy.
Sejak 2016 hingga 2019, jumlah kendaraan golongan I yang terlibat kecelakaan lebih besar dibanding kendaraan golongan lainya. Secara persentase, total kejadian yang melibatkan kendaraan golongan I sekitar 51 hingga 54 persen setiap tahunya.
Dari sisi gangguan kendaraan di satu ruas jalan tol, ia menyebut bahwa rata-rata dalam sehari terdapat sekitar 61 kejadian gangguan kendaraan. Sejumlah gangguan yang terjadi di antaranya diakibatkan oleh ban pecah, mesin terlalu panas atau overheat, dan sumbu roda patah.
“Gangguan yang paling kerap terjadi disebabkan oleh ban pecah. Oleh karena itu, kami sangat menganjurkan agar pengendara dapat mengakut muatan sesuai kapasitas dan memeriksa kondisi ban pada kendaraan,” ujarnya.
Kejadian gangguan kendaraan ini kerap kali juga menjadi penyebab terjadinya kemacetan yang otomatis berpengaruh terhadap peningkatan kelelahan pengemudi, waktu tempuh, dan jumlah polusi.
Soal polusi, Jasa Marga pun memiliki catatan khusus soal besaran polusi pada sejumlah jalan tol. Menurut dia, kualitas udara dengan parameter debu di tol Jakarta-Cikampek dan Jakarta-Banten berada pada level 220 dan 222. Hal ini cukup memprihatinkan karena nilai ambang batas parameter debu berada pada lebel 230.
Tak hanya itu, kualitas udara berdasarkan parameter hidrokarbon pada ruas tol Jakarta-Cikampek juga cukup tinggi, yakni pada level 141. Artinya, jalur ini menjadi ruas tol yang tingkat pencemarannya hampir mencapai ambang batas pada level 160.