Sabtu 14 Mar 2020 12:57 WIB

Astronom Temukan Bukti Lubang Hitam Supermasif Purba

Ilmuwan menemukan bukti lubang hitam di inti radio aktif galaksi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Lubang Hitam (ilustrasi)(id.wikipedia.org)
Foto: id.wikipedia.org
Lubang Hitam (ilustrasi)(id.wikipedia.org)

REPUBLIKA.CO.ID,  MILAN -- Ilmuwan menemukan bukti adanya lubang hitam supermasif purba. Menurut para ilmuwan, 900 juta tahun lalu setelah Big Bang, sudah adalah lubang hitam berukuran 1 miliar kali matahari. Lubang hitam itu menyedot gas terionisasi dalam jumlah besar, membentuk mesin galaksi yang dikenal sebagai blazar.

Blazar ini yang menerbangkan jet dari materi terang ke ruang angkasa. Di Bumi, manusia masih bisa mendeteksi cahaya dari ledakan itu lebih dari 12 miliar tahun kemudian.

Baca Juga

Para astronom telah menemukan bukti lubang hitam supermasif purba di inti radio aktif galaksi atau RL AGNs. Ini adalah galaksi dengan inti yang terlihat sangat terang untuk teleskop radio, yang dianggap sebagai bukti mereka mengandung lubang hitam supermasif.

Blazar adalah tipe unik dari RL AGN yang memuntahkan dua jet sempit 'relativistik' dalam arah yang berlawanan. Jet-jet itu memancarkan sinar cahaya sempit pada banyak panjang gelombang yang berbeda dan harus diarahkan ke Bumi agar manusia dapat mendeteksi mereka di jarak yang sangat jauh.

Penemuan blazar baru ini menggerakkan lubang hitam supermasif tertua yang dikonfirmasi ke dalam satu miliar tahun pertama sejarah alam semesta. Penemuan ini, kata ilmuwan juga menunjukkan ada lubang hitam serupa lainnya di era yang belum dideteksi.

“Berkat penemuan kami, kami dapat mengatakan dalam miliaran tahun pertama kehidupan alam semesta, ada sejumlah besar lubang hitam yang sangat besar, yang memancarkan jet relativistik yang kuat,” kata seorang mahasiswa doktoral di Institut Nasional Italia untuk Astrofisika (INAF) di Milan, Silvia Belladitta, seperti yang dilansir dari Live Science, Jumat (13/3).

Penemuan ini mengukuhkan blazar ada selama zaman sejarah alam semesta manusia yang dikenal sebagai reionisasi. Reionisasi merupakan periode setelah masa gelap panjang dan pasca Big Bang ketika bintang dan galaksi pertama mulai terbentuk.

Jauh lebih mungkin ada banyak api yang mengarah ke segala arah dan salah satu dari mereka kebetulan melemparkan cahanya ke arah tim.

“Mengamati blazar sangat penting. Untuk setiap sumber yang ditemukan dari jenis ini, kami tahu harus ada 100 yang serupa, tetapi kebanyakan berorientasi berbeda dan karena itu terlalu lemah untuk dilihat secara langsung,” ujar Belladitta.

Informasi itu membantu ahli astrofisika merekonstruksi kisah tentang bagaimana dan kapan lubang hitam ini terbentuk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement