Senin 16 Mar 2020 04:43 WIB

Ekonomi Covid-19

Konsumsi masyarakat terancam turun.

Adiwarman Karim(Republika/Da
Foto: Republika/Da'an Yahya
Adiwarman Karim(Republika/Da

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Adiwarman A. Karim

Warwick McKibbin dan Roshen Fernando, para peneliti Australian National University, dalam riset mereka “The Global Macroeconomic Impacts of Covid-19” menyusun tujuh skenario dampak virus Covid-19 terhadap perekonomian global.  Indonesia termasuk salah satu dari 20 negara yang diteliti.

Skenario disusun berbasis asumsi tingkat keparahan wabah Covid di Cina.  Pertama, karena Cina sebagai tempat awal merebaknya virus ini.  Kedua, karena Cina sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia.  Apa yang terjadi di Cina akan sangat berpengaruh pada negara lain di dunia.

Dari tujuh scenario McKibbin dan Fernando, skenario 1 sampai 3 tidak relevan lagi karena ketiga scenario ini berasumsi virus ini hanya mewabah di Cina.  Sedangkan scenario 4 sampai 7 berasumsi virus ini menyebar luas ke seluruh dunia.  Hanya scenario 7 yang berasumsi wabah ini akan terjadi permanen.

Skenario 4 berasumsi attack rate 10%, case fatality 2.0%, mortality rate 0.20%. Attack rate adalah rasio perbandingan orang yang terinfeksi terhadap total populasi.  Case fatality rate adalah rasio perbandingan orang yang meninggal dunia terhadap orang yang terinfeksi. Mortality rate adalah rasio perbandingan orang yang meninggal dunia terhadap total populasi.

Skenario 5 berasumsi attack rate 20%, case fatality rate 2.5%, mortality rate 0.50%. Skenario 6 satu-satunya di antara scenario pandemic yang berasumsi case fatality 3.0%, attack rate 30%, dan mortality rate 0.90%.  Skenario 7 berasumsi wabah in permanen dengan attack rate 10%, case fatality 2.0%, dan mortality rate 0.20%.

WHO dalam Situation Report 48 tentang Covid -19, mencatat 80.859 orang terkonfirmasi terkena Covid, dan 3100 di antaranya meninggal dunia per 8 Maret 2020, yaitu 3,83 persen.  Dengan case fatality rate diatas 3%, maka yang relevan adalah scenario 6. Berikut ini pembahasan scenario 6.

McKibbin dan Fernando mengidentifikasi 5 jenis guncangan (shock) akibat wabah ini.  Pertama, guncangan terhadap ketersediaan tenaga kerja. Di Cina indeks ketersediaan tenaga kerja turun 3,44, yang dampaknya terasa negara lain termasuk Indonesia yang turun 4,56.  Penurunan Indonesia paling besar diantara 20 negara yang diteliti karena Cina adalah mitra dagang terbesar Indonesia. Yang juga besar penurunannya adalah India yaitu turun 4,44.

Kedua, guncangan terhadap equity risk premium. Di Cina indeks risiko ini naik 2,67, sedangkan Indonesia naik 2,93.  Hanya ada satu negara yang risiko nya naik lebih tinggi dari Indonesia, yaitu India sebesar 3,18.

Ketiga, guncangan terhadap biaya produksi.  Di Cina indeks biaya naik 0,50 di seluruh sektor Energi, Pertambangan, Pertanian, Manufaktur Barang Durable, Manufaktur Barang Non-Durable, Jasa-jasa.  Di Indonesia indeks ini akan naik dalam kisaran 0,31 sampai dengan 0,40.

Keempat, guncangan terhadap permintaan konsumsi. Indeks ini turun 4,50 di Cina, sedangkan di Indonesia turun 3,86.  Di antara 20 negara yang diteliti, hanya ada 3 negara yang lebih baik dari Indonesia yaitu Argentina turun 3,76, Afrika Selatan turun 3,69, dan Arab Saudi turun 3,35.  Besarnya populasi dan level konsumsi dasar Indonesia banyak membantu menahan turunnya indeks ini.

Kelima, guncangan terhadap anggaran belanja pemerintah. Pemerintah Cina berpotensi menaikkan indeks ini sebesar 2,25, sedangkan di Indonesia indeks ini berpotensi dinaikkan 2,12.  Kenaikan belanja pemerintah ini antara lain untuk penanggulangan wabah.

Dengan memperhitungkan kelima guncangan tersebut, McKibbin dan Fernando melakukan simulasi dampak wabah Covid-19 terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 pada masing-masing negara. Berikut ini scenario 4, 5, dan 6. 

Pertumbuhan ekonomi Cina akan terkoreksi turun -1.6% pada scenario 4, turun -3.6% pada scenario 5, dan turun -6.2% pada scenario 6.  Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi turun -1.3% pada scenario 4, turun -2.8% pada scenario 5, dan turun -4.7% pada scenario 6.

Simulasi ini sangat besar dampaknya pada perekonomian Indonesia.  Data Biro Pusat Statistik menunjukkan ekonomi Indonesia tahun 2019 tumbuh 5,02 persen. Sedangkan ekonomi Indonesia triwulan IV-2019 dibanding triwulan IV-2018 tumbuh 4,97 persen (year on year).

Menggunakan scenario 6, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia hampir habis terpangkas mendekati nihil atau stagnasi.  Bila Pemerintah berhasil melakukan penanganan wabah, sehingga yang terjadi adalah scenario 5, maka pertumbuhan ekonomi hanya 2,22 persen. Bila yang terjadi scenario 4, maka pertumbuhan ekonomi 3,72 persen.

Seandainya yang terjadi scenario 4 sekalipun, dampaknya akan terasa pada penurunan konsumsi masyarakat yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia.  Pada  triwulan IV-2019, misalnya, yang tumbuh 4,97 persen, dari sisi pengeluaran ditopang oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,97 persen sebagai komponen dengan pertumbuhan tertinggi.

Banyak cara Allah mengingatkan kita untuk mendekatkan diri padaNya. Wabah pandemic Covid-19 dan krisis ekonomi global yang terjadi bersamaan tentu mengirim pesan kemanusiaan yang kuat pada masyarakat dunia.  Di hadapan virus Covid-19, kita semua sama.  Kezaliman manusia atas manusia lain hanya akan membuka lebar-lebar pintu langit bagi doa orang yang terzalimi.

Rasulullah SAW bersabda, “Jika Allah menurunkan ujian kepada seorang hamba yang beriman dengan suatu ujian penyakit pada tubuhnya, maka Allah memerintahkan para malaikat-Nya : ‘Catatlah amal kebajikan untuknya!’ Jika Allah menyembuhkannya, maka Allah telah membersihkan dan menyucikan segala kesalahannya. Dan bila hamba itu sampai meninggal dunia, maka Allah juga telah mengampuni dosa-dosanya dan memberikan rahmat kepadanya.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement