REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Apple akan menghentikan terlebih dahulu penerbitan aplikasi terkait wabah COVID-19, yang telah menjadi pandemi global. Dalam sebuah pernyataan, perusahaan akan mengevaluasi sumber data yang digunakan aplikasi terlebih dahulu.
Apple ingin memastikan bahwa developer memiliki reputasi baik, serta dari sejumlah organisasi baik pemerintah maupun non-pemerintah terkait kesehatan.
"Hanya pengembang dari salah satu entitas yang diakui ini yang harus mengirimkan aplikasi terkait covid-19," ujar Apple dalam sebuah pernyataan, dilansir Zdnet, Senin (16/3).
Selain itu, aplikasi hiburan seperti games (permainan) yang menyertakan Covid-19 sebagai tema tidak akan diizinkan. Apple mengeaskan aplikasi apapun yang telah memenuhi kriteria harus ditandai terlebih dahulu, ketika dikirimkan untuk mempercepatnya melalui proses peninjauan.
"Organisasi nirlaba, lembaga pendidikan terakreditasi, dan entitas pemerintah yang berencana untuk mendistribusikan hanya aplikasi gratis di App Store dapat meminta agar biaya keanggotaan tahunan mereka dihapuskan, jika berbasis di negara yang memenuhi syarat," jelas pernyataan Apple lebih lanjut.
Pada akhir pekan lalu, Apple mengumumkan akan menutup semua toko ritel yang beroperasi di seluruh dunia hingga 27 Maret mendatang. Meski demikian, ada pengecualian terhadap toko-toko yang berada di Cina.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada tim kami di China atas tekad dan semangat mereka. Sampai hari ini, semua toko kami di Cina telah dibuka kembali. Saya juga ingin berterima kasih kepada tim operasi dan mitra kami atas upaya luar biasa mereka untuk mengembalikan rantai pasokan (produksi),” ujar CEO Apple Tim Cook.
Cook mengatakan meski tingkat infeksi telah menurun secara dramatis, dampak wabah virus corona jenis baru masih sangat dirasakan. Khususnya di banyak negara lainnya di luar daratan Cina. Lebih lanjut ia menambahkan bahwa para karyawan dari perusahaan akan terus mendapatkan upah per jam.
Pekan lalu, Apple memutuskan untuk menunda konferensi teknologi tahunan dan menggesernya untuk menjadi acara yang disiarkan secara daring, meski tanggal pastinya belum ditentukan. Virus corona jenis baru tercatat telah menginfeksi lebih dari 153 ribu orang di seluruh dunia dengan jumlah kematian hingga saat ini mencapai 5.746 dan diperkirakan dapat terus bertambah.