Selasa 17 Mar 2020 22:28 WIB

Definisi Mencintai Diri Sendiri Menurut Ahli

Bagi sebagian orang, self love tidak mudah dilakukan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Bagi sebagian orang, self love tidak mudah dilakukan (Foto: Ilustrasi mencintai diri sendiri)
Foto: Pxfuel
Bagi sebagian orang, self love tidak mudah dilakukan (Foto: Ilustrasi mencintai diri sendiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah self love atau love yourself yang dimaknai sebagai rasa cinta terhadap diri sendiri sangat sering dijumpai di manapun. Akan tetapi, bagi sebagian orang, mempraktikkannya tidak semudah mengucapkannya.

Psikiater Andreas Kurniawan membeberkan definisi cinta terhadap diri sendiri yang mudah dipahami. Pria yang memiliki ketertarikan dalam bidang ilmu perilaku itu meminta setiap orang membayangkan kehadiran sosok yang sangat dicintai.

Baca Juga

"Ketika kita mencintai seseorang, biasanya karena dia memiliki hal positif yang kita sukai dan hal negatif yang bisa kita terima. Dalam self love, bayangkan orang itu adalah kamu sendiri, apakah kamu akan melakukan hal yang sama?" ujarnya.

Psikiater yang praktik di klinik Smart Mind Center RS Gading Pluit itu mengatakan, bentuk cinta terhadap diri sendiri bisa bermacam-macam. Salah satunya yang paling mudah apakah seseorang sudah cukup melakukan validasi terhadap diri sendiri.

Validasi diri bukan sekadar memuji hal positif dari diri sendiri. Menurut Andreas yang menyelesaikan pendidikan kedokteran umum dan spesialis kedokteran jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, validasi adalah bentuk pengakuan atas kecukupan diri.

Hal demikian turut dipengaruhi kepengasuhan orang tua semasa individu bertumbuh. Dia mengutip teori psikologi diri psikoanalis Heinz Kohut, bahwa ada tiga hal yang membuat individu dapat tumbuh menjadi sosok dewasa yang kebutuhan emosionalnya terpenuhi.

Tiga kebutuhan selama bertumbuh itu antara lain mirroring atau pencerminan, idealizing atau idealisasi, dan twinship atau alter ego. Andreas menjelaskan lebih lanjut mengenai kebutuhan pertama yaitu pencerminan.

Semasa anak masih kecil, orang tua menjadi serupa cermin tempat anak mengecek dan meyakinkan bahwa dirinya sudah melakukan sesuatu yang baik. Ibu atau ayah memuji kepintaran anak saat nilainya bagus serta ketika melakukan hal baik lain.

Individu yang semasa kecilnya tumbuh dengan kepengasuhan orang tua yang memberikan cukup validasi, cenderung merasa cukup dengan dirinya saat dewasa. Efek sebaliknya dialami individu yang semasa kecilnya kurang mendapat validasi.

"Ada dua kemungkinan, seseorang itu bisa super tidak percaya diri, sedikit-sedikit merasa tidak oke. Atau, dia menjadi butuh kompensasi berlebihan, sangat mengharapkan pujian dari orang lain," ucap Andreas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement