REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Generali Indonesia Edy Tuhirman mengatakan, tidur berkualitas itu penting. Kurang tidur akan menyebabkan stres, pola makan dan pilihan nutrisi menjadi tidak sehat, dan rusaknya metabolisme tubuh.
Dokter spesialis tidur, dr Andreas Prasadja, menyarankan untuk melakukan relaksasi sebelum tidur agar istirahat malam menjadi lebih berkualitas. Coba kerjakan hal yang disukai, misalnya membaca, meditasi, perawatan kulit, mendengarkan lagu, atau ngemil.
"Setengah jam atau satu jam sebelum tidur. Capek, mandi lalu setel lagu yang kita suka, tidak perlu lagu yang gelombang apa. Kalau bikin stres jangan, yang nyaman saja. Jangan dengerin lagu ambyar kepikiran, enggak bisa tidur. Yang menyenangkan, tapi menenangkan," ujarnya dalam acara peluncuran dan konferensi pers Generali DNA Journal Sleep and Stress di Jakarta belum lama ini.
Andreas mengingatkan untuk tidak bermain ponsel saat menjelang tidur sebab akan berpotensi keterusan hingga larut malam. Apalagi kalau yang dilihat di ponsel ialah film.
Andreas mengatakan, orang masih boleh mendengarkan musik sebelum tidur dari ponsel. Sebaliknya, hindari memakai ponsel untuk mengirim pesan kepada teman atau mencari informasi.
Kalau masih ada yang harus diselesaikan, sebaiknya keluar dulu dari area ruang tidur. Bila memungkinkan, keluar kamar. Untuk mereka yang menghuni kamar indekos disarankan memisahkan area tidur dan area aktivitas.
"Harus ada area terpisah untuk beraktivitas dan area tidur untuk anak kos. Ketika mau tidur dibuat senyaman mungkin sehingga suasana berbeda dengan suasana aktivitas. Laptop masuk tas, ponsel diletakkan," jelasnya.
Setelah lebih relaks, naiklah tempat tidur. Demi kenyamanan tidur, Andreas menyerukan agar masyarakat menjadikan tempat tidurnya rapi, dingin, licin, dan nyaman.
"Relaksasi jangan dilakukan di tempat tidur," kata Andreas.
Di samping itu, orang yang mengalami stres juga bisa dirundung gangguan tidur. Oleh karena itu, kendalikan stres sebelum tidur .
Bagaimana dengan pil tidur? Andreas menjelaskan, pil tidur tidak disarankan untuk jangka panjang.
Menurut Andreas, perawatan insomnia yang tepat ialah lewat terapi kognitif-behavioral (CBT). Orang harus atur kebiasaan tidur dan perilaku tidurnya, bukan dengan minum obat.
"Kalau obat hanya penolong saja. Paling hanya sehari-dua hari. Pil hanya pertolongan pertama agar malam langsung bisa tidur. Hanya untuk bantu saja."
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement