REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19, masker bedah menjadi barang langka. Kalaupun tersedia, harganya pun selangit.
Kondisi itu bukan di DKI Jakarta saja sebagai episentrum penyebaran Covid-19. Di Bandung, Jawa Barat, juga demikian.
Laman pikobar.jabarprov.go.id pada Kamis (2/4) pukul 19.00 WIB menunjukkan ada 220 orang positif Covid-19, 12.453 orang dalam pemantauan (ODP), dan 791 (PDP). Saat pembatasan pergerakan warga diberlakukan, masih banyak pekerja yang tetap harus berangkat dari rumah untuk mencari nafkah.
Kebanyakan dari mereka tak mampu membeli masker medis untuk memproteksi diri. Di lain sisi, menurut Dewi, masker jenis N95 dan masker bedah yang pasokannya semakin terbatas, sudah seharusnya diperuntukkan bagi tenaga kesehatan karena merekalah yang paling rawan tertular Covid-19.
Kenyataan itulah yang menggerakkan Dewi Sawitri untuk memproduksi alternatif masker bagi warga dhuafa binaan Yayasan Berkah Sauyunan yang diketuainya. Berdiskusi di grup Whatsapp, Dewi dan para relawan mencari beragam kemungkinan bahan masker.
"Kami pun membahas apakah bahan kain bisa dijadikan masker,” ungkap Dewi ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (2/4).
Agar tak salah langkah, Dewi mencari informasi ilmiah mengenai peruntukan masker berikut cara pembuatan masker berbahan kain. Rupanya, sejumlah penelitian menunjukkan orang-orang yang bukan merupakan tenaga kesehatan bisa menggunakan masker berbahan kain.
Alumnus Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung itu pun mencari informasi mengenai pembuatan masker kain yang sesuai dan bisa digunakan untuk melindungi masyarakat umum.
"Saya menemukan banyak informasi cara membuat sendiri masker kain di rumah," ungkap Ketua Yayasan Berkah Sauyunan Bandung ini.
Dewi lantas menggandeng warga binaan yayasannya yang memiliki kemampuan menjahit. Mereka pun membuat masker kain dengan menggunakan stok kain perca yang semula akan dijadikan kerajinan perca sebagai persiapan lebaran.
"Karena adanya kebutuhan mendesak ini, akhirnya kami bikin masker kain,” kata dia.
Warga binaan yayasannya, menurut Dewi, adalah kaum dhuafa. Dewi mengatakan, pihaknya memiliki data siapa saja yang masih harus bekerja keluar rumah untuk mencari nafkah.
Dari data tersebut, Dewi mengetahui jumlah pengemudi ojek daring, pedagang, dan bekerja di produksi rumahan yang menjadi warga binaannya. Merekalah yang menjadi target penerima masker kain yang buatan Yayasan Berkah Sauyunan Bandung.
"Sejak adaya imbauan bekerja di rumah, kami sudah membuat 400 masker, 200 di antaranya telah dibagikan kepada warga binaan," ungkap Dewi.