REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid-19 dikenal sebagai penyakit yang sangat mudah menular. Hanya dalam hitungan bulan, pandemi Covid-19 telah menjangkiti 955.099 orang dengan 48.569 kasus kematian di 203 negara.
Doktor di bidang biologi molekuler dari Harvard University Daisy Robinton mengungkapkan, ada dua masa di mana penderita Covid-19 paling mudah menularkan penyakitnya ke orang lain. Kedua masa itu adalah ketika pasien terinfeksi belum menunjukkan gejala dan pada saat satu pekan pertama penyakit terjadi.
"Inilah kenapa jaga jarak fisik sangat penting," jelas Robinton, seperti dilansir FOX News.
Robinton mengungkapkan, sepertiga dari total transmisi yang terjadi di Amerika Serikat berasal dari orang-orang pra-simptomatik. Prasimptomatik adalah orang-orang yang sudah terinfeksi dan tak menunjukkan gejala pada saat menularkan penyakit ke orang lain. Mereka baru jatuh sakit dan mengalami gejala beberapa waktu kemudian.
Robinton mengataka,n sebagian besar orang baru mengalami gejala setelah lima hari pascaterinfeksi. Sebagian lainnya baru mengalami gejala setelah 14 hari setelah terinfeksi atau bahkan lebih lama lagi.
"Tapi virus (SARS-CoV-2) terus mereplikasi diri dan orang yang terinfeksi menjadi mudah menularkan di masa ini," jawab Robinton.
Kondisi ini justru berbahaya karena orang yang terinfeksi tidak sadar bahwa dia sedang menularkan virus ke orang lain atau mengontaminasi permukaan objek tertentu melalui droplet alias percikan liurnya. Oleh karena itu, Robinton mengatakan, akan jauh lebih aman bila setiap orang berasumsi bahwa dirinya pernah terpapar oleh virus penyebab Covid-19.
Dengan asumsi seperti ini, orang-orang akan lebih menjaga diri dalam berinteraksi untuk mencegah terjadinya penularan. Terlebih, penularan Covid-19 lebih banyak terjadi melalui penyebaran komunitas dan paling sering terjadi di rumah atau tempat-tempat seperti swalayan dan rumah sakit.
Robinton juga mengingatkan bahwa bukan hanya lansia yang berisiko tertular Covid-19. Orang-orang berusia muda dan bugar juga bisa tertular Covid-19.
Robinton juga positif terinfeksi virus corona tipe baru meski masih berusia 33 tahun dan memiliki fisik yang sehat serta bugar. Robinton mengatakan pada awalnya dia hanya merasakan kelelahan ringan. Namun dalam 10 hari, kondisi ini lambat laun berkembang menjadi gejala yang lebih berat. Robinton mulai merasakan kesulitan untuk bernapas sebagai pertanda Covid-19.
"Demam terjadi dan saya mulai merasakan sakit kepala dan nyeri di badan yang membuat saya merasa sangat tidak nyaman," ungkap Robinton.
Di Amerika Serikat, Robinton mengatakan, pasien berusia 20 hingga 29 tahun yang positif Covid-19 memang tidak banyak. Kisarannya tidak sampai satu persen. Akan tetapi, ini menunjukkan bahwa kasus Covid-19 juga tetap ditemukan pada orang yang berusia muda.
"Bukan angka yang besar, tapi ini juga bukan nol," kata Robinton.