REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: DR Donny Oktavian Syah*, WNI Tinggal di Nagoya Jepang
Sebelum merebaknya China didera kasus di Wuhan akibat virus Corona (Covid-19), publik Jepang yang memang punya tradisi budaya literasi tinggi sudah ramai dan lama membincangkannya. Pakar pakar yang berlatang belakang para medis dihadirkan dalam talk show di layar kaca. Mereka diminta mencari jalan mengatasinya.
Keluarga kami yang tinggal di Nagoya jelas mencermati itu semua. Bahkan anak saya yang kebetulan bersekolah di sekolah umum Jepang, ketika di rumah bercerita bila gurunya di sekolah sudah acapkali membahas dan menganalisa penyakit tersebut. Gurunya pun berulangkali menyarankan kepada para murid untuk rajin membasuh tangan dengan sabun serta memakai masker ketika bepergian.
Maka, ketika berita tentang Kota Wuhan yang menjadi asal virus Covid 19 terkena Lock-down mengemuka dan meledak di mana mana, dan mulai ada korban orang Jepang yang sakit dan ditengarai virus tersebut, tindakan pemerintah Jepang pun menjadi sangat terukur dan terfokus. Ini berbeda sekali ketika saya baca berita dari tanah air yang mana beberapa petinggi negara kita di media tampak jelas masih menganggapi kasus ini dengan kurang serius dan nada guyon.
Nah, ketia pejabat di Indonesia masih bercanda soal pandemia virus Corona, saat itu beberapa sekolah terutama SD dan SMP di Jepang malah mulai diliburkan untuk mengurangi masifnya penyebaran virus ini. Bahkan sebagian perguruan tinggi di Jepang sedari bulan Februari/awal Maret 2020, sudah merilis pernyataan resmi bahwa tidak menyelenggarakan acara wisuda.
- Keterangan Foto: Pamplet untuk anak tentang virus corona virus yang diproduksi Fujita Health University (Photo by Yamamoto)
Respons lainnya di Jepang pada saat itu pula seruan 'mengambil jarak' (social distancing) maskin digencarkan. Biasanya acara yang mengundang banyak orang, misalnya kelulusan sekolah dan Universitas di Jepang jatuh pada bulan Maret (awal musim semi), ditiadakan.
Dalam hal ini, reaksi Pemerintah yang cepat dan tanggap tampak sangat jelas. Apalagi karena mereka paham betul betapa serius dan bahayanya epidemi ini. Bahkan perhelatan besar Olimpiade Tokyo 2020 yang dickampanyekan sejak tahun 2018 sudah mulai dibahas untuk diantisipasi dan dimungkinkan untuk ditunda. Akhirnya benar saja, setelah dirapatkan dan dikonsultasikan dengan IOC, Olimpiade Tokyo 2020 memang akhirnya ditunda tahun hingga depan.
Pada sisi lain, mengetahui banyaknya warga China terpapar virus ini di Wuhan, juga menyebabkan pihak kampus Jepang mengeluarkan larangan dan bepergian (seminar, konferensi) ke wilayah China, Hong Kong untuk. Karena banyak mahasiswa China dan orang China yang bekerja di Jepang, larangan ini, membuat beberapa teman mahasiswa China gak berani pulang waktu libur musim dingin. Mereka karena takut tidak bisa pulang balik ke Jepang untuk kuliah awal di tahun ajaran baru.