Ahad 05 Apr 2020 14:40 WIB

Mengajarkan Tanggung Jawab pada Anak Selama di Rumah

Anak bisa belajar bertanggung jawab sejak usia dini.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Seorang anak bermain lego di dalam rumah. Selama periode kerja, belajar, dan beribadah di rumah orang tua bisa mengajak anak belajar bertanggung jawab lebih banyak.
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Seorang anak bermain lego di dalam rumah. Selama periode kerja, belajar, dan beribadah di rumah orang tua bisa mengajak anak belajar bertanggung jawab lebih banyak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bekerja dan belajar dari rumah membuat orang tua memiliki waktu lebih bersama anak. Mengajarkan tanggung jawab pada anak bisa jadi salah satu pilihan kegiatan yang seru dilakukan bersama.

Psikolog RS Pondok Indah Bintaro Jaya, Jane Cindy Linardi, M. Psi, Psi, CGA, mengatakan anak sebenarnya sudah mulai bisa dilepas dalam menentukan keputusannya sendiri sejak kecil. Misalnya dalam menentukan jenis mainan yang ingin ia mainkan, pakaian atau sepatu yang hendak dipakai, makanan yang ingin dikonsumsi, dan sebagainya.

Baca Juga

Pendampingan orangtua namun masih diperlukan. Misalnya, saat hendak melatih anak mengambil keputusan sendiri terhadap pakaian yang akan ia pakai, maka Anda dapat membantu menjabarkan bahwa tempat yang akan dikunjungi memiliki suhu atau temperatur yang dingin. Dengan itu, anak dapat bertanggung jawab dan menyesuaikan keputusannya dengan kondisi atau situasi yang akan dihadapinya.

Sejak umur 2 atau 3 tahun, si kecil juga sudah dapat mulai dilatih untuk bertanggung jawab. Latihan dimulai dari memberi tanggung jawab yang kecil terlebih dahulu, misalnya, merapikan mainan bersama-sama setelah selesai bermain. Anda tetap dapat ikut membantu, namun perlu dipastikan anak juga turut merapikan. Setelah anak sudah terbiasa, maka kurangi peran Anda dalam membantu, dan latih anak untuk merapikan mainannya sendiri.

Setelah itu, level tanggung jawab dapat ditingkatkan dengan mulai belajar tanggung jawab terhadap diri sendiri, misalnya dengan mengurus dan merapikan barang-barang pribadi yang dimiliki. Misalnya meletakkan pakaian kotor di keranjang setelah dipakai, meletakkan kembali sepatu di rak setelah dipakai, membuang bungkus makanan atau minuman di tempat sampah, merapikan tas sekolah.

Semua dapat dilakukan dengan pendampingan orangtua, namun perlu diingat Anda perlu mengurangi peran untuk membantu anak menuntaskan tanggung jawabnya sehari-hari secara bertahap. Penguatan berupa pujian dan afirmasi dapat diberikan setelah anak berhasil menuntaskan tanggung jawabnya sendiri.

Setelah anak dapat bertanggung jawab terhadap dirinya untuk mengurus barang-barang pribadi yang dimiliki, Anda mulai dapat meningkatkan lagi dengan cara memberi anak tanggung jawab di rumah. Seperti misalnya mematikan lampu, AC, TV setelah digunakan, meletakkan piring makan yang telah dipakai di wastafel dapur, membersihkan/mengelap makanan atau minuman yang tidak sengaja ditumpahkan. Anak juga dapat dilatih untuk mengerjakan satu tanggung jawab untuk membantu menyiapkan piring dan peralatan makan untuk semua anggota keluarga.

Kemudian, Anda dapat meningkatkan lagi tahapan tanggung jawab anak dengan mengajarkan ia bertanggung jawab terhadap hal lain. Seperti membantu memelihara hewan peliharaan.

Berikan anak tanggung jawab untuk mengisi mangkuk minuman hewan peliharaan secara berkala (pendampingan dari orangtua tentu dapat dilakukan). Hal lainnya seperti membawa dan menjaga barang-barang belanjaan Anda juga dapat dilakukan.

Dari semua tanggung jawab yang dapat diberikan kepada anak di atas, jangan lupa untuk memberikan contoh langsung kepada si kecil agar si kecil lebih mudah menerapkannya karena sudah melihat contoh yang nyata. Misalnya, tanggung jawab anak terhadap PR dan tugas sekolah dapat diajarkan dan dilatih dengan cara menyediakan waktu bekerja bersama-sama antara anak dan orangtua.

Dalam satu meja yang sama, anak dapat mengerjakan PR, Anda dapat menyelesaikan pekerjaan atau proyek. Melalui aktivitas ini, anak dapat belajar secara langsung dari contoh konkret yang dipraktikkan langsung oleh orangtua.

Aktivitas lainnya juga dapat dilakukan, misalnya bersama-sama merapikan dan membersihkan rumah sebagai bagian dari tanggung jawab sehari-hari.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement