REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidur bisa terbukti menjadi penyelamat saat penyakit Covid-19 datang. Tidur bisa jadi penyelamat, baik dalam menunda penularan, maupun meminimalisasi gejala ketika terjangkit.
Tidak cukup tidur membuat kita stres, lelah, dan cenderung makan berlebihan. Kondisi kurang tidur membuat kita terbuka terhadap infeksi.
Meskipun saat ini masih terlalu dini untuk melakukan penelitian tentang efek tidur pada virus Covid-19, namun pada 2015 para peneliti di AS melakukan percobaan dalam rangka pembuktian dampak dari tidur. Melansir laman Telegraph, Senin (6/4), peneliti sengaja menginfeksi sebanyak 164 sukarelawan dengan rhinovirus atau flu biasa.
Mereka menemukan, orang yang tidur kurang dari enam jam semalam memiliki kemungkinan empat kali lebih besar untuk mengalami gejala flu, daripada orang yang tidur selama tujuh jam atau lebih. Hal ini disebabkan ketika tidur, maka kita beristirahat.
Semua fase tidur menyebabkan tubuh membangun energi dan melakukan berbagai perbaikan. Akan tetapi, sistem kekebalan tubuh secara khusus meningkat selama tidur, yaitu pada saat sepertiga malam ketika kita tidur nyenyak.
“Selama tidur, sistem kekebalan tubuh kita memproduksi dan mendistribusikan sitokin (sejenis protein), dan khususnya sel T (sejenis sel darah putih yang sangat penting bagi sistem kekebalan). Sel T mengidentifikasi dan menempelkan diri pada sel yang terinfeksi dalam tubuh dan menghancurkannya dan juga infeksi,” kata pakar tidur yang juga Direktur Northumbria Center for Sleep Research, Jason Ellis.
Ellis mengatakan, jika kita tidur nyenyak, kita tidak hanya memproduksi lebih banyak sitokin. Melainkan juga sel T menjadi lebih lengket dan lebih efektif dalam memerangi infeksi.
Kurang tidur, terutama ketika diinduksi oleh stres dan kecemasan, menyebabkan rasa yang tidak enak yang lebih banyak. Sebab, kurang tidur menciptakan respons yang tidak jelas, yang mengaktifkan respon yang tidak tepat dari sistem kekebalan tubuh.
"Jika Anda mengaktifkannya, dan tidak ada hubungannya, itu menciptakan kekacauan dengan menghasilkan respons peradangan," kata Prof Ellis.
Salah satu hal yang membuat kita tidak bisa tidur nyenyak adalah melakukan pekerjaan berlebihan melakukan hal yang sama. Hal itu termasuk yang terjadi kepada dokter dan perawat yang bekerja dengan shift ganda atau tripel.
"Karena itu adalah tugas etis mereka dan apa yang mereka pilih untuk dilakukan, mereka menempatkan diri mereka dalam bahaya. Dan jika Anda belum tidur nyenyak sebelum terkena virus, Anda sudah menjajakan diri kembali, "kata Prof Ellis.
Jika kita memiliki virus, respons kekebalan tubuh akan membuat kita mengantuk dan lelah. Hal itu sebuah bentuk kekebalan tubuh yang tengah melakukan apa saja untuk melawan infeksi dan meningkatkan pemulihan.
Namun, jika Anda menolak untuk menyerah pada keinginan untuk beristirahat dan tidur siang, maka hal itu bisa memperpanjang penyakit. Paling tidak, tubuh akan demam, dan pada saat itu kekebalan tubuh tengah melawan virus.