REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) mengembangkan dua jenis alat tes Covid-19. Menristek/Kepala BRIN, Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan dua alat tes yakni tes kit berbasis PCR dan tes kit non-PCR atau dikenal sebagai rapid test.
Pembuatan tes kit berbasis PCR yang dilakukan dengan tes swab, saat ini sudah berjalan. Bambang mengatakan, tes kit itu dalam waktu dekat sudah bisa digunakan untuk menguji Covid-19 di masyarakat. Bambang mengungkapkan, dalam waktu tidak lebih dari satu bulan inovasi yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu akan dikembangkan ke dalam mobile test kit.
"Terutama untuk mendukung pemeriksaan swab test yang dilakukan di tempat-tempat yang belum dilengkapi dengan laboratorium setara BSL 2. Mudah-mudahan inovasi seperti ini akan sangat membantu, ketika sudah membuat tes kit-nya yang mobile," kata Bambang, dalam konferensi pers dalam jaringan (daring), Senin (6/4).
Sementara itu, untuk tes non-PCR atau rapid test yang berbasis antigen, saat ini juga memiliki progres yang baik. Bambang memperkirakan dalam waktu 1 hingga 2 bulan sudah bisa diproduksi sebanyak 100 ribu.
"Tapi dalam 1-2 bulan ini insyaAllah bisa memproduksi sampai 100 ribu rapid test, yang kita tahu tidak seakurat PCR, tapi paling tidak membantu untuk screening awal," kata Bambang.
Ia menjelaskan, rapid test itu hasilnya bisa keluar dalam waktu 10 hingga 15 menit. Namun, memiliki kemungkinan false negative yang tinggi, sehingga pengujian dengan cara ini tidak bisa dilakukan hanya sekali apabila tes pertama hasilnya negatif. Oleh karenanya, apabila rapid test hasilnya negatif tetap perlu dilakukan tes selanjutnya hingga benar dipastikan seseorang negatif Covid-19.