Selasa 07 Apr 2020 11:19 WIB

Penggunaan Herbal China untuk Covid-19 Diperdebatkan

Ide Pemerintah China menggunakan obat tradisionalnya untuk Covid-19 diperdebatkan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Ide pemerintah China untuk mencegah dan mengobati Covid-19 dengan obat tradisionalnya ditentang kalangan medis.
Foto: Republika/ Aditya
Ide pemerintah China untuk mencegah dan mengobati Covid-19 dengan obat tradisionalnya ditentang kalangan medis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah China mendorong penggunaan obat-obatan tradisional untuk pengobatan dan pencegahan Covid-19. Di sisi lain, praktisi dan ahli kesehatan memperingatkan bahwa imbauan tersebut dapat memberikan rasa aman yang salah di tengah pandemi ini.

Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan ada lebih dari 80 ribu orang yang terinfeksi Covid-19 sejak Desember 2019 hingga Maret 2020. Sekitar 90 persen dari pasien tersebut menggunakan obat-obatan tradisional China untuk mengatasi gejala mereka.

Baca Juga

Menurut Sekretaris Administrasi Negara Pengobatan Tradisional Cina Yu Yanhong, obat-obatan tradisional dapat meringankan gejala, menurunkan tingkat keparahan, meningkatkan angka kesembuhan, dan menurunkan angka kematian Covid-19. Banyak obat herbal Cina kini juga diekspor ke berbagai negara sebagai upaya untuk melawan Covid-19 saat ini.

Di lain sisi, penggunaan obat herbal memiliki risiko langsung dan tak langsung bagi pasien. Hal ini yang mungkin jarang disadari oleh orang-orang yang menggunakan obat herbal untuk mengobati atau mencegah Covid-19.

"Traditional Chinese medicine (TCM, obat tradisional Cina) bisa beracun, terkontaminasi atau dicampur oleh obat-obatan yang seharusnya dengan resep dokter," jelas Dr Edzard Ernst dari University of Exeter, seperti dilansir NBC News.

Tak hanya itu, obat-obatan herbal juga bisa berinteraksi dengan obat resep dokter yang sedang digunakan oleh pasien Covid-19. Klaim berlebih mengenai obat herbal juga dapat memberikan rasa aman yang palsu dan justru memicu pasien untuk mengabaikan obat-obatan serta terapi yang sudah terbukti secara ilmiah.

Obat-obatan herbal atau tradisonal dari China telah berada di tengah masyarakat sejak lebih dari 3.000 tahun lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa sektiar setengah obat-obatan yang dikonsumsi di China adalah obat-obatan tradisional. Hingga saat ini ada lebih dari 7.000 obat-obatan herbal terdaftar yang dijual di apotek-apotek.

"(Obat tradisional Cina) ini pendekatan holistik," jelas Dr Jianping Liu dari Beijing University of Chinese Medicine.

Beberapa formulasi herbal utama yang saat ini direkomendasikan di China untuk Covid-19 adalah kapsul jinhua qinggan, kapsul lianhua qingwen, dan kapsul shufeng jiedu. Obat-obatan tradisional ini terdiri dari kombinasi beragam herbal yang rinciannya tidak diketahui. Kurangnya detail mengenai obat-obatan ini memunculkan keraguan akan efikasi obat herbal tersebut di kalangan tenaga kesehatan.

"Kami perlu mengetahui secara spesifik produk mana yang diklaim dapat bekerja dan apa buktinya," ungkap Ahli Biologi Sel Molekuler Dan Larhammar.

Larhammar mengatakan laporan terbaru di jurnal Jepang BioScience Trends dan Chinese Journal of Integrative Medicine mendukung penggunaan terapi tradisional untuk Covid-19. Akan tetapi, Larhammar mengatakan, studi-studi ini memiliki banyak kekurangan, seperti tak menggunakan sampel yang mencukupi, menggunakan istilah yang kabur, mengunakan konsep nonfarmakologis, atau menguji terlalu banyak kombinasi herbal untuk menguraikan efek spesifiknya.

"Obat-obatan ini seperti parodi. Tak ada yang bisa menanggapinya dengan serius," ujar Larhammar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement