REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mahasiswa tata busana diusulkan untuk memproduksi alat perlindungan diri (APD). Sampai saat ini, APD masih sangat dibutuhkan tenaga medis di banyak rumah sakit dan tempat layanan kesehatan dalam menangani kasus Covid-19.
Anggota DPR RI Marwan Jafar mengatakan mahasiswa tata busana di sekolah kejuruan umumnya dilatih untuk membuat kostum dekontaminasi dengan desain dan berbahan khusus. Menurut dia, mahasiswa tata busana mempunyai kemampuan untuk memproduksi APD.
"Apalagi ketersediaan dan kewajaran harga bahan baku pakaian APD belakangan ini tiba-tiba sulit didapat dan harganya sangat mahal," kata dia, Rabu (8/4).
Dia mengatakan, masalah pengadaan APD yang dikenal dengan nama hazmat alias kostum pelindung dari material berbahaya, harus terus menjadi perhatian serius berbagai pihak. "Kemendikbud misalnya bisa mengkoordinasi dengan perguruan tinggi dan sekolah kejuruan se-Indonesia yang memiliki program studi dan jurusan tata busana," kata dia.
Sementara Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koperasi dan UKM juga diharapkan dapat saling bersinergi terkait kemudahan mengakses bahan baku. Marwan juga mengingatkan, proses pembuatan busana khusus APD tidak bisa sembarangan atau asal-asalan.
"Terutama pakaian hazmat ini juga harus memenuhi kriteria atau standar yang ditetapkan WHO," kata dia.
Anggota DPR RI di Komisi VI DPR ini meyakini, dorongan memproduksi APD terstandar WHO juga akan membawa dampak positif berganda. "Mulai dari melatih para mahasiswa generasi muda menciptakan lapangan kerja, menumbuhkan kegotongroyongan profesi, mendorong penguatan industri kecil nasional, memperkokoh pasar perdagangan dalam negeri, serta memacu pelaku UMKM bersaing secara sehat," jelasnya.