Jumat 10 Apr 2020 17:41 WIB

7 Cara Mencegah Amil tak Jatuh Miskin karena Corona

Amil harus tetap bertahan dan mampu terus hidup dengan kerja keras.

Nana Sudiana (Sekjend FOZ & Direksi IZI)
Foto: dok. Pribadi
Nana Sudiana (Sekjend FOZ & Direksi IZI)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nana Sudiana (Sekjend FOZ & Direksi IZI)

Tak semua amil berstatus kelas menengah yang aman. Di tengah pandemi Covid-19, ada sejumlah amil yang kesulitan hidup ditengah situasi saat ini. Pemerintah memang telah mengumumkan adanya dua paket stimulus ekonomi bernilai Rp 405,1 triliun bagi masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-19. Paket stimulus ekonomi tersebut di antaranya adalah kartu sembako dan keringanan pembayaran listrik.

Sayangnya, sejumlah amil tak masuk kategori ini. Sehingga mereka yang sebelum pandemi ini hidupnya “pas-pasan” lantas jadi semakin rentan terjatuh masuk ke kategori miskin.

Di dunia zakat, tak semua amil digaji dengan jumlah memadai. Ada sejumlah amil yang pendapatan-nya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka saja. Dari data yang terhimpun di Forum Zakat, sebagian besar amil tinggal di kawasan perkotaan, walaupun di pinggiran dan jauh dari pusat kota utamanya. Secara sosiologis tipe keluarga amil ini adalah keluarga perkotaan yang hidup di rumah yang tak terlalu besar dan tak memiliki pekarangan luas layaknya di desa. Di tengah pandemi Corona baru (Covid-19) tentu saja kondisi seperti ini, memiliki kerentanan, terutama bagi amil yang selama ini gajinya dari lembaga zakat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan utamanya.

Amil Yang Terus Bertahan

Meski amil zakat dapat digolongkan sebagai kelas menengah karena memiliki gaji rutin bulanan dan sebagian juga telah memiliki rumah sendiri, namun sejumlah amil yang lain mengaku bahwa gajinya sebagai amil zakat tak terpaut jauh dari upah minimum regional. Situasi ini secara umum sama dengan sebagian besar kelas menengah Indonesia yang rentan ter-degradasi dan jatuh menjadi mustahik.

Amil zakat saat ini tak berharap banyak di Ramadhan nanti akan dapat Tunjangan Hari Raya (THR). Bagi mereka bisa melewati situasi sulit saat ini sudah sangat bersyukur. Urusan mudik, apalagi baju baru lebaran, jelas bukan lagi prioritas.

Dalam situasi pandemi Covid-19, pada dasarnya semua kalangan terkena dampaknya. Namum parah tidaknya dampak yang terjadi tergantung pada kemampuan dan ketahanan keluarga masing-masing. Di luar itu, support gaji bulanan, serta tabungan akan sangat membantu kemampuan sebuah keluarga bisa bertahan.

Sejak awal, sebagian amil zakat ini termasuk kelas menengah yang berada pada level yang memang rentan kembali ke kelas miskin jika ada bencana alam atau masalah penyakit kesehatan dengan skala yang luas seperti pandemi Covid-19 sekarang. Dalam pernyataan Bank Dunia, pandemi Covid-19 akan menambah jumlah penduduk miskin di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, hingga 11 juta orang. Saat yang sama, Organisasi Buruh Dunia memperkirakan pandemi global ini mengakibatkan hilangnya 5 sampai 25 juta lapangan pekerjaan, dan pendapatan warga dunia akan berkurang sampai 3,4 triliun dolar AS.

Situasi menurunnya ekonomi di Indonesia pun perlahan terjadi. Di Jakarta, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi melaporkan bahwa sampai dengan 3 April terdata laporan 21.797 pekerja yang dirumahkan dan 3.611 pekerja yang di-PHK.

Bila para amil kehidupannya di desa. Tentu akan berbeda situasinya. Orang-orang yang hidup di desa, khususnya petani dan buruh tani, berdasarkan penelitian, sistem imunisasi alami fisiknya sangat kuat bila dibandingkan dengan masyarakat kota. Hal ini terjadi karena mereka sudah terbiasa dengan makanan non kimia (alami) seperti singkong bakar, ketela bakar, jagung bakar, pete bakar, dan lain-lain.

Umumnya orang desa, sayuran pun rata-rata hanya dimasak dengan air lalu dimakan dengan sambel apa adanya. Jelas saja, makanan seperti ini, walau terlihat sederhana, termasuk jenis makanan yang sangat sehat tanpa kimia, dan akan menjadikan imun tubuh secara alami.

Desa juga tentu lebih sehat udaranya. Dengan banyaknya pepohonan yang kaya dengan oksigen, dan tanpa pencemaran lingkungan, jelas udara di desa lebih baik. Di desa pula dengan udara yang sehat tadi, didukung sinar matahari yang melimpah dan kebiasaan berjalan kaki, mengangkut, mencangkul, serta aktifitas fisik lainya jelas akan berpengaruh pada tingkat kebugaran orang-orangnya. Dengan kondisi tubuh yang selalu bugar, hangat dan jauh dari pencemaran lingkungan, orang-orang di desa akan punya kesehatan yang lebih prima.

Faktanya, sebagian besar amil zakat lebih banyak yang tinggal di perkotaan. Dan dalam kondisi seperti ini, jelas amil harus tetap bertahan dan mampu terus hidup dengan kerja keras dan kecerdasan lebih untuk menyiasati kondisi yang semakin tak mudah ini. Berikut ini ada 5 (lima) cara Amil agar tak jatuh miskin karena Corona (Covid-19):

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement