REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Republik Demokratik Kongo sempat bernapas lega karena selama tujuh minggu tidak menemukan kasus Ebola baru. Akan tetapi, kekhawatiran akan gelombang kedua wabah Ebola kembali muncul setelah beberapa hari terakhir ini ditemukan dua kasus kematian akibat Ebola.
Sebelumnya, Republik Demokratik Kongo berencana akan segera menandai akhir dari wabah Ebola. Akan tetapi, dua hari sebelum deklarasi ini, Republik Demokratik Kongo kembali mendapati dua kasus kematian baru.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan salah satu kasus kematian tersebut menimpa seorang ahli listrik berusia 26 tahun dari wilayah timur kota Beni. Kasus kematian terbaru menimpa seorang bayi berusia 11 bulan.
Bayi berusia 11 bulan dan ahli listrik tersebut dirawat di pusat kesehatan yang sama. Hingga saat ini, belum diketahui bagaimana ahli listrik tersebut bisa terkena Ebola.
Pasien ahli listrik ini diketahui tidak memiliki kontak dengan pasien Ebola lain. Selain itu, dia juga tak memiliki riwayat terinfeksi Ebola sebelumnya sehingga kemungkinan bahwa dia mengalami kekambuhan bisa diabaikan.
Kekambuhan merupakan hal yang umum terjadi menjelang akhir dari wabah Ebola. Dan kemunculan satu kasus baru belum tentu menjadi pertanda bahwa Ebola akan kembali menyebar dengan tidak terkontrol.
Virus Ebola dapat ditularkan melalui cairan tubuh manusia dan dapat menyebabkan beberapa gejala. Gejala tersebut adalah demam, perdarahan, muntah dan diare.
Selama wabah berlangsung, Ebola telah menyebabkan kematian pada dua per tiga dari seluruh orang yang terinfeksi. Dua vaksin baru telah membantu menekan penyebaran Ebola. Akan tetapi, petugas kesehatan masih sulit menjangkau beberapa daerah karena dihadapkan dengan serangan kelompok militan, dilansir dari Independent.