REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Bali membuka layanan konseling psikologis secara online dan gratis bagi masyarakat. Layanan yang sama juga terbuka bagi tenaga medis yang bertugas selama menghadapi Covid-19 ini.
"Ada layanannya, tapi selama ini, tiap rumah sakit sudah menyediakan psikolog klinis yang siap bertugas. IPK Indonesia Pusat juga telah bekerja sama dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) mengadakan seminar daring tentang menjaga kebugaran psikologis untuk meningkatkan daya tahan menghadapi Covid-19 yang ditujukan terutama untuk para tenaga kesehatan," kata Ketua Ikatan Psikolog Klinis wilayah Bali, Ni Gusti Ketut Diana Setiawati, dikonfirmasi di Denpasar, Rabu.
Diana menjelaskan, keluhan yang datang dari tenaga medis saat melakukan konseling berupa burn out alias lelah secara emosional. Di samping itu, mereka juga mengalami trauma sekunder.
"Burn out dan trauma sekunder itu bisa timbul dan kecemasan juga jelas ada. Sekarang bertambah dengan munculnya stigma di masyarakat, salah satunya seperti kasus penolakan perawat untuk dikubur di wilayahnya," jelasnya.
IPK Bali mencatat kurang lebih sebanyak 40 orang, telah memanfaatkan layanan konsultasi psikologis online dan gratis selama wabah Covid-19 ini. Diana mencermati, sSepertinya belum banyak masyarakat yang memanfaatkan layanan daring gratis yang diberikan oleh IPK Indonesia wilayah Bali.
"Jumlah yang berkonsultasi masih sekitar 40 orang lebih, sejak kita luncurkan di pertengahan Maret lalu," kata Diana.
Menurut Diana, pandemi virus corona telah memunculkan gangguan psikologis, seperti stres, ketakutan, dan kecemasan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan bisa berimbas pada penurunan imun atau daya tahan tubuh. Padahal, imun tersebut sangat diperlukan untuk melawan pandemi.
"Konsultasi ini penting bagi mereka yang mengalami gangguan psikologis dan tidak tahu cara mengatasinya," jelasnya.
Apabila tidak diatasi, menurut Diana, kecemasan yang berlebihan bisa muncul dalam berbagai bentuk. Orang bisa merasa mual, pusing, ketakutan, tidak bisa tidur saat mendengar berita tentang Covid-19.
Jika kecemasan tersebut terjadi secara berkelanjutan, menurut dia, kelak akan mengganggu kehidupan sehari-hari. Orang yang mengalaminya tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh dan risiko terserang penyakit lebih mudah.
Diana menjelaskan, salah satu penyebab kecemasan adalah terlalu sering terpapar keberadaan berita-berita di media sosial, yang tidak semuanya bisa dipercaya atau lebih bersifat negatif sehingga mempengaruhi unsur psikologis seseorang. Pihaknya mengajak masyarakat yang memiliki keluhan agar bisa mengakses ke web Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) atau IPK Indonesia.