REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Slamet Tuharie
Maaf sebelumnya, tulisan ini bukan untuk menarasikan hal negatif tentang profesi ojek online, tidak sama sekali. Bagaimana mungkin mau menarasikan hal tak baik tentang mereka? Jasa mereka sangat banyak untuk membantu mobilitas pekerjaan saya.
Dan saya adalah pengguna setia layanan ojek online setiap hari. Bahkan, sering kali dalam perjalanan, kami berbagi cerita tentang suka duka para driver ojol; bagaimana kisah perjalanan mereka dari yang dulu bonusnya gede-gedean, habis itu kadang gesekan sama ojek pangkalan, hingga akhirnya akhir-akhir ini mereka harus kejar poin untuk kejar bonus.
Saya sering dengar obrolan mereka. Bahkan, ojol yang biasa nongkrong di depan kantor, hampir kita saling kenal. Dan tak dipungkiri bahwa banyak sekali teman saya yang mendapatkan rizki dari ojol.
Tidak hanya satu atau dua, tapi banyak sekali. Dan ini adalah bisnis yang begitu populer di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Bahkan, menjadi 'juru selamat' dari masalah besarnya angka pengangguran di Indonesia. Maka tidak heran jika ojol telah mewarnai kehidupan di kota-kota besar, bahkan juga kota-kota kecil tak terkecuali.
Maka, ketika berita tentang Pandemi COVID-19 beredar di Indonesia, semua terarah (atau mungkin diarahkan) pada masalah Ojol. Hingga, alhamdulillah ada beberpa kebijakan pemerintah yang (rencananya) diberikan kepada pada driver ojol. Apakah salah? Tidak sama sekali.
Yang salah adalah ketika kita lupa bahwa Indonesia ini bukan hanya tentang Ojek Online. Ada petani, yang sampai saat ini masih terus menanam padi, jagung, bawang merah, bawang putih, sayuran dan sebagainya agar stok makanan tetap tersedia. Meski waktu panen, barang impor tiba-tiba datang dan harganya komoditas pertaniannya anjlok. Mereka juga butuh diperhatikan. Saya adalah anak petani, jadi saya sedikit tahu rasanya kehidupan para petani.
Ada pedagang asongan, penjual bakso keliling, penjual sate keliling, tukang sop sepatu, tukang es keliling, penjual gorengan dan lainnya yang juga sangat terdampak COVID-19. Biasanya mereka jual dari satu gang ke gang untuk mencari rizki bagi keluarga, kini sudah banyak gang yang ditutup. Mereka juga perlu diperhatikan.
Belum lagi ada pedagang di pasar, yang kini juga ngeluh omsetnya turun karena pasar tak seramai biasanya. Padahal sewa kiosnya tetep dihitung. Ya, yang dagangannya tak basi, bisa dijual esoknya. Tapi yang jualnya barang cepat basi, maka banyak yang pilih tutup sementara. Dan mereka juga butuh untuk diperhatikan.
Ada juga karyawan pabrik yang kini juga banyak di PHK karena perusahaan menghadapi masalah keuangan serius akibat pandemi. Itu belum termasuk guru honorer yang gajinya tak seberapa, tapi sekarang pun belum pasti. Apalagi guru ngaji dan guru TPQ yang sekarang aktivitasnya diliburkan, mengajar saja tak tentu dapat bisyarah hanya dapat "pahala" apalagi kondisi seperti ini.
Oh ya, ada juga pedagang jajanan anak di sekolah dan di madrasah yang kini ngga bisa jualan karena sekolah dan madrasah diliburkan sampe waktu yang belum ditentukan. Mereka semua juga perlu dilirik.
Ya, Indonesia itu bukan cuma tentang ojek online. Tapi tentang petani, nelayan, pedagang kecil, pedagang asongan, tukang parkir, karyawan pabrik, bakul pecel, supir bajai, supir angkot, karyawan pabrik, guru honorer, guru ngaji, kuli bangunan, dan sebagainya.
Semoga pemerintah bisa mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, meskipun itu sangat berat. Banyak bantuan yang kurang tepat sasaran, tidak sedikit penerima bantuan yang katanya mereka-mereka saja, dan problem lainnya.
Tapi ingat, kebijakan pemerintah yang bagus harus tetap kita apresiasi. Jangan juga membabi buta dalam membenci. Apalagi katanya orasi benci negara sana-sini, giliran ada bantuan pemerintah mengajukannya paling awal sendiri.