REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Elba Damhuri*
Bukan Donald Trump jika tidak membuat sensasi bahkan di tengah pandemi virus corona sekalipun. Donald Trump terus membuat pernyataan kontroversi dengan sejumlah pihak terkait wabah Covid-19 --yang disebut New York Times sebagai kambing hitam Trump.
Pihak yang cukup pedas disalahkan Presiden Trump, salah satunya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Trump menegaskan WHO terlambat merespons wabah corona sehingga menjadi pandemi global. WHO dianggap gagal memberikan nasihat tepat untuk menghalau pandemi corona dan mengurangi korban jiwa yang masif.
Trump menuding WHO terlalu dekat dengan China --China-centric-- dalam hal penanganan virus corona. Padahal WHO bukan lembaga khusus untuk kepentingan negara tertentu.
Kemudian Trump menyatakan, Amerika Serikat (AS) menyetop bantuan untuk WHO yang ini pun memercik kontroversi baru. "Begitu banyak kematian telah disebabkan oleh kesalahan mereka," kata Presiden Trump tentang WHO.
Pada 22 Januari, dua hari setelah penasihat kesehatan China untuk wabah corona Dr Zhong Hanshan dan pejabat kesehatan China lainnya mengumumkan keadaan serius wabah virus corona di Wuhan, pimpinan WHO mengadakan pertemuan membahas bahaya wabah tersebut.
Dr Zhong sudah memperingatkan bahaya serius dari virus corona --meski itu baru terjadi di Wuhan karena ada gejala penyebaran antar-manusia. Namun, para petinggi WHO berbeda pendapat soal tingkat keseriusan ancaman corona ini.
Pejabat WHO menyatakan, masih melihat perkembangan wabah corona dan belum ditemukan ada bukti penyebaran virus yang berkelanjutan di luar China. WHO menolak menyatakan keadaan darurat kesehatan secara global.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Dirjen WHO, menegaskan belum ada bukti pola penyebaran antarmanusia yang terjadi di luar China. "Bukan berarti itu tidak akan terjadi," kata Tedros.
Situasi saat itu memang darurat di China namun itu belum bisa menjadikan keadaan darurat kesehatan secara global. Demikian sikap Tedros.
Seminggu kemudian, sikap WHO berbalik arah. Usai rapat di Jenewa, Swiss, pada Kamis (30 Januari), WHO menyatakan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan internasional. WHO beralasan kasus corona tidak hanya menyebar di China tetapi telah menjangkau 18 negara.
Tedros mengungkapkan, dalam beberapa pekan terakhir pihaknya telah menyaksikan wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ribuan warga Cina terinfeksi virus corona dalam kurun waktu cukup singkat.
Ditemukan pula 98 kasus di luar Cina yang tersebar di 18 negara. Hal itu menjadi dasar pertimbangan WHO menyatakan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan global.
WHO memuji langkah cepat China dalam menangani penyebaran virus corona. Dirjen WHO menegaskan kalau bukan karena tindakan cepat Pemerintah Cina, kasus virus corona berpotensi ditemukan lebih banyak di negara-negara lain.
Situasi 'rumit' pada 22-30 Januari inilah yang kemudian dijadikan alasan Presiden Trump menyebut WHO terlambat dan menyebabkan banyak kematian.
Selain mengatakan WHO salah mengelola wabah, Trump juga menyebut organisasi itu sangat "Cina-sentris" dan mengatakan telah "mendorong informasi yang salah dari China."
Senator Marco Rubio menyerukan, pengunduran diri Direktur Jenderal WHO dengan mengatakan, "dia membiarkan Beijing memanfaatkan WHO untuk menyesatkan masyarakat global."
Tedros membantah segala tudingan Trump dan kaum konservatif AS. WHO hanya menjalankan tugasnya dengan negara yang terkena wabah dalam hal ini China.
WHO menyatakan, akan melakukan pendekatan yang sama kepada Amerika untuk membantu menangani wabah Covid-19 di sana.
Dr Peter Rabinowitz, wakil direktur the MetaCenter for Pandemic Preparedness and Global Health Security Universitas Washington, mengatakan seandainya WHO bisa bertindak lebih agresif di awal dan tidak menjadi hakim yang memihak China untuk mencegah penyebaran corona, tentu hasilnya beda.
Namun, Amir Attaran, profesor hukum dan kesehatan masyarakat di Universitas Ottawa Kanada, mengatakan upaya WHO untuk mengajak China menangani Covid-19 dinilai berhasil.
Apa yang sudah dilakukan WHO, kata Amir, sama sekali tidak sesuai dengan semua tuduhan Presiden Trump. "Presiden Trump hanya mencari kambing hitam, tidak jujur," kata Amir.
WHO telah mengambil langkah-langkah tepat dan bahkan lebih cepat dari semua negara di dunia dalam menangani wabah corona. Jika WHO tidak mengambil langkah agresif di awal, kemungkinan penyebaran corona bisa lebih parah.
Presiden Trump vs China
Pihak lain yang dijadikan kambing hitam oleh Presiden Trump dalam kasus pandemi corona adalah Pemerintah China. Presiden Trump menuduh virus corona jenis baru berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan.
Presiden Trump menyebut virus corona baru ini sebagai "virus China". Ungkapan ini disampaikan Presiden Trump dalam cicitannya di Twitter pada 16 Maret.
Pada Rabu (15 April), Presiden Trump mengatakan pihaknya sedang melakukan pemeriksaan yang sangat teliti terhadap situasi mengerikan yang terjadi saat ini terutama terkait asal virus corona.
Namun, saat berbicara dengan Presiden Xi Jin Ping, Presiden Trump menyatakan tidak membahas masalah laboratorium itu. "Saya tidak ingin membahas laboratorium, saya hanya tidak ingin membahas, itu tidak pantas sekarang," kata Trump.
Fox News melaporkan virus itu berasal dari laboratorium Wuhan dan bukan sebagai senjata biologis. Ini sebagai bagian dari upaya China untuk menunjukkan upayanya untuk mengidentifikasi dan memerangi virus sama atau lebih besar dari kemampuan Amerika Serikat.
Laporan menyebutkan, laboratorium di Wuhan melakukan eksperimen virologi. Lemahnya standar keselamatan di laboratorium tersebut menyebabkan seseorang terinfeksi dan muncul di pasar "basah" terdekat, tempat virus mulai menyebar.
Menlu AS Mike Pompeo, dalam wawancara dengan Fox News Channel, mengatakan, "Kami tahu virus ini berasal dari Wuhan, China. Jarak Institut Virologi itu hanya beberapa mil dari pasar basah."
China pun merespons tudingan dan "makian" Trump soal "virus China". Beijing marah Trump menyebut Covid-19 sebagai virus "China".
Juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang pada Selasa (17 April) memperingatkan AS agar lebih baik mengurus urusannya sendiri sebelum menstigmatisasi China.
Sebaliknya, China menuding AS sebagai penyebar virus corona baru. Geng Shuang menyebutkan adanya teori konspirasi dengan menuduh Angkatan Darat (AD) AS telah membawa virus corona baru ke wilayah mereka di Wuhan.
Pejabat kesehatan China juga dari awal sudah menyatakan bahwa virus corona baru bukan berasal dari Wuhan. "Virus corona baru ini berasal dari suatu tempat, tetapi bukan dari Wuhan," kata pejabat kesehatan China.
China merilis informasi bahwa pada Oktober 2019 ratusan personel militer (AD) AS berada di Wuhan untuk mengikuti Military World Games. Tak sampai sebulan kemudian, covid-19 mulai terdeteksi di Wuhan --tepatnya pada Desember 2019.
Pejabat Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian melalui akun Twitter pribadinya mengunggah cuplikan video Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Robert Redfield saat menghadiri diskusi tentang Covid-19 di komite Kongres AS pada Rabu (11/3) lalu.
Dalam video itu, Redfield mengatakan beberapa kematian akibat influenza di AS diidentifikasi karena Covid-19. Hal itu dia ungkapkan saat menjawab pertanyaan anggota Kongres dari Partai Republik Harley Rouda.
Redfield tak mengungkap kapan atau selama periode waktu berapa mereka meninggal.
Zhao menganggap pernyataan Redfield itu sebagai bukti teori konspirasi yang telah berkembang bahwa Covid-19 tidak benar-benar berasal dari Provinsi Hubei atau Wuhan.
"CDC tertangkap basah. Kapan pasien nol mulai di AS? Berapa banyak orang yang terinfeksi? Apa nama rumah sakitnya? Mungkin, tentara AS yang membawa epidemi ke Wuhan," kata Zhao dalam cicitannya di Twitter, Kamis (12 Maret).
Menlu Mike Pompeo langsung menyatakan keberatan atas tuduhan China tersebut. Pompeo menilai tuduhan ini hanya mengalihkan kesalahan penyebaran virus corona. Dia meminta Beijing tidak menyebarkan desas-desus dan informasi yang salah.
Kolaborasi Global
Dalam kondisi wabah seperti ini, kolaborasi global menjadi sangat penting. Kerja sama antarwilayah, antarnegara, dan antarbenua harus dilakukan untuk mencegah penyebaran corona seluas mungkin.
Pertama, motif politik dalam negeri untuk kembali berkuasa di dalam negeri dengan mencari musuh eksternal sudah selayaknya ditutup.
Sikap Presiden Trump yang begitu frontal terhadap WHO dan China hanya menimbulkan kegaduhan yang tidak diperlukan dalam penanganan pandemi corona.
China sudah menunjukkan kemampuan mengatasi wabah covid-19 dan sudah memulai hidup baru pasca-Covid-19. Kerja sama dan koborasi menjadi sangat penting.
Kedua, mencari kambing hitam bukan langkah cerdas untuk menutup ketidakberhasilan internal dalam meredam pandemi corona. Pandemi tidak mengenal asal-usul negara, ideologi, dan agamanya. Hampir semua negara kena serangan corona ini.
Ketiga, Presiden Trump harus lebih rendah hati untuk membuka diri bekerja sama dengan China. Presiden Xi Jinping sejak awal sudah membuka diri untuk saling kolaborasi dengan AS.
Pandemi corona tidak bisa diselesaikan dengan membuat kebisingan baru. Dia harus diselesaikan dengan saling membantu, berbagi, dan kolaborasi global yang intens.
Seperti kata banyak analis politik global, pandemi corona ini lebih berbahaya dari krisis ekonomi dan bahkan serangan teroris. Dan kita sudah melihat dampak hebatnya sekarang.
*penulis adalah jurnalis Republika.co.id