REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan seminar dalam jaringan (daring) bertemakan The New Normal di Indonesia setelah Covid-19. Kegiatan ini menghadirkan tiga pemateri dari berbagai lembaga.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Arum Martikasari mengatakan, sebenarnya sudah banyak data yang dirilis pemerintah terkait kondisi Indonesia saat ini. Hal ini terutama selama masa pandemi Covid-19 berlangsung. Krisis yang dialami masyarakat sangat berdampak besar.
"Enggak cuma perusahaan besar, UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) juga ikut terdampak," kata perempuan yang juga Brand Enthusiast ini.
Hal yang menarik justru karakter Indonesia yang sedikit keras kepala. Penilaian ini ditunjukkan mengingat masih banyak masyarakat sulit menerapkan imbauan jaga jarak. Padahal imbauan ini penting dilakukan demi memutus mata rantai Covid-19.
Menurut Arum, masyarakat Indonesia memiliki karakter komunal yang sangat kuat. Merasa kurang puas apabila belum bertemu orang secara langsung. Rakyat Indonesia sangat menyukai kegiatan kumpul bersama di suatu tempat.
"Mereka itu sangat merasa terhubung, sangat butuh berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Kebutuhan ini menjadi salah satu kebutuhan dasar ketika krisis Covid-19 terjadi. Makanya, kalau kita lihat susah sekali penetapan kebijakan jaga jarak," jelasnya.
Kedekatan secara fisik lebih tepat dikaitkan dengan karakter masyarakat Indonesia. Sayangnya, kedekatan ini tidak dapat diterapkan di pandemi Covid-19. "Sekarang situasinya ketika semuanya dilarang saling dekat, beberapa ada yang ngeyel. Tapi ya artinya sudah tidak bisa lagi bicara secara kedekatan dengan jarak (fisik) saja. Dekat belum tentu deket jaraknya," jelasnya.
Hal yang pasti, Arum menilai, telah terjadi pergeseran karakter pada generasi milenial. Mereka mulai semangat kembali ke nilai-nilai lokal yang diajarkan di masa lalu. Ajaran gotong-royong dan saling membantu kembali dilakukan demi keselamatan bersama.
Selain Arum, turut hadir pula Director, Integartion and Head of Interface Indonesia Nava+ Group, Kandi Windoe. Kemudian ada juga Kepala Sekolah (Kepsek) Kembali ke Akar sekaligus Pendiri YouthLab, Muhammad Faisal.