REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Peneliti dari California Institute of Technology (Caltech) telah mengembangkan sebuah alat untuk memonitor kesehatan melalui kulit. Alat tersebut diberi nama electronic skin atau e-skin.
E-skin terbuat dari karet fleksibel dengan dilengkapi sensor yang bisa memeriksa detak jantung, suhu tubuh, kadar gula darah bahkan sinyal saraf yang mengendalikan otot. Alat ini tidak menggunakan baterai, namun beroperasi dengan memanfaatkan sel biofuel yang ditenagai oleh keringat dalam tubuh seseorang.
"Salah satu tantangan utama dengan perangkat yang dapat dikenakan ini adalah dari sisi daya. Kami ingin tahu, bisakah e-skin beroperasi dengan energi dari keringat? Jawabannya adalah iya," kata salah satu peneliti, Wei Gao, dilansir Times Now News, Kamis (23/4).
Gao menjelaskan keringat manusia mengandung tingkat laktat kimia yang sangat tinggi. Senyawa ini dihasilkan sebagai produk sampingan dari proses metabolisme normal, terutama oleh otot selama latihan fisik.
Sel-sel bahan bakar yang dibangun ke dalam e-skin menyerap laktat dan menggabungkannya dengan oksigen dari atmosfer, menghasilkan air dan piruvat, produk sampingan metabolisme lainnya. Saat beroperasi, sel biofuel menghasilkan listrik yang cukup untuk menyalakan sensor antar perangkat. Proses ini memungkinkan e-skin mengirimkan bacaan dari sensornya secara nirkabel.
"Merancang sumber daya dari keringat bukan satu-satunya tantangan dalam menciptakan e-skin. Kami juga perlu memastikan alat ini bertahan lama dengan intensitas daya tinggi dan degradasi minimal," kata Gao.
Ke depan, Gao berencana mengembangkan berbagai sensor yang dapat ditanamkan dalam e-skin. Dengan demikian alat ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan.