REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi tak hanya mempermudah penyebaran informasi faktual pada masa pandemi Covid-19, tetapi juga informasi keliru dan mitos menyesatkan. Beberapa di antaranya adalah mitos terkait upaya pencegahan Covid-19 pada anak.
Setidaknya ada tiga mitos yang paling banyak beredar dan dipercaya sebagian masyarakat. Berikut ini ketiga mitos tersebut beserta penjelasan faktanya dari dokter spesialis anak dr Arifianto SpA.
Mitos: Berjemur membunuh virus corona
Salah satu mitos yang beredar adalah berjemur dapat membunuh virus corona. Oleh karena itu, ada ajakan untuk berjemur selama 15 menit setiap hari.
Faktanya, virus corona penyebab Covid-19, yaitu SARS-CoV-2, menjangkiti berbagai negara di seluruh dunia, termasuk negara-negara bercuaca panas. Di sisi lain, paparan sinar ultraviolet B (UVB) dari matahari memang dapat membantu mengaktifkan vitamin D yang belum aktif di dalam tubuh. Salah satu peran vitamin D berkaitan dengan sistem imun.
Namun, pada anak, berjemur juga memiliki risiko yang perlu diwaspadai. Arifianto mengatakan, anak yang dijemur telanjang di bawah paparan sinar matahari bisa berisiko mengalami sunburn atau kulit terbakar.
"Jadi, harus berhati-hati," kata dokter anak yang akrab disapa dokter Apin ini dalam talk show online bertema "Covid-19 pada Anak: Apa yang Harus Diketahui Orang Tua?" yang diselenggarakan oleh Inisiatif Zakat.
Selain itu, Arifianto mengatakan, paparan sinar matahari juga tidak selalu berbanding lurus dengan produksi vitamin yang lebih baik. Ada anak-anak yang sudah mendapatkan paparan sinar matahari tinggi, tetapi tetap mengalami defisiensi vitamin D.
Orang tua tetap boleh membawa anak ke luar rumah di bawah sinar matahari. Namun, anak-anak dianjurkan untuk tetap berpakaian lengkap. Saat berjemur pun anak-anak tetap harus berada dalam jarak aman dari orang lain untuk mencegah risiko penularan Covid-19 saat berjemur.
Menurut rekomendasi WHO, hindari paparan sinar matahari pada pukul 10.00 sampai 16.00 bila ingin berjemur. Saran lainnya adalah menggunakan tabir surya dan memperhatikan UV indeks sebelum berjemur.
Mitos: Penyemprotan disinfektan membunuh virus corona dalam tubuh
Mitos lain yang banyak beredar adalah penyemprotan cairan disinfektan dapat membunuh virus SARS-CoV-2 yang sudah berada di dalam tubuh. Oleh karena itu, beberapa orang sempat mempraktikkan penyemprotan cairan disinfektan ke seluruh tubuh dengan harapan dapat membunuh virus di dalam tubuh.
Faktanya, penyemprotan cairan disinfektan, klorin, atau alkohol tidak dapat membunuh virus yang sudah masuk ke dalam tubuh. Penyemprotan cairan disinfektan ke tubuh justru berisiko mengenai mata, mulut, hingga selaput lendir lain.
Hal ini berisiko menyebabkan terjadinya iritasi. Penyemprotan cairan disinfektan hanya dianjurkan pada permukaan benda.
Mitos: Suplemen dan rempah penangkal Covid-19
Belakangan ini suplemen vitamin hingga beberapa jenis rempah banyak diburu masyarakat. Suplemen dan rempah ini dianggap efektif untuk menangkal Covid-19 karena diyakini meningkatkan daya tahan tubuh.
Pada anak, menurut Arifianto, hingga saat ini belum ada satu pun suplemen yang benar-benar terbukti dapat mencegah masuknya virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh. Hal yang sama juga berlaku untuk berbagai rempah yang diklaim dapat menangkal Covid-19.
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh, masyarakat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi. Namun, anjuran ini bersifat umum dan berlaku pada semua keadaan, termasuk keadaan di luar pandemi.