Senin 27 Apr 2020 13:58 WIB

Memilukan, Istri Temani Suami Sekarat Covid-19 Via Facetime

Perawat ICU memfasilitasi seorang istri untuk menyampaikan salam perpisahan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Aplikasi Facetime. Seorang istri di Indiana, AS hanya bisa mengucapkan salam perpisahan melalui Facetime kepada suaminya yang tengah sekarat akibat Covid-19 di ICU.
Foto: EPA
Aplikasi Facetime. Seorang istri di Indiana, AS hanya bisa mengucapkan salam perpisahan melalui Facetime kepada suaminya yang tengah sekarat akibat Covid-19 di ICU.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perawat unit perawatan intensif (ICU) di Indiana, Amerika Serikat, menyaksikan betapa menyedihkannya momen perpisahan antara seorang istri yang tidak bisa hadir di sisi suaminya yang tengah sekarat akibat komplikasi Covid-19. Ia pun memfasilitasi agar istri salah seorang pasien dapat mengucapkan selamat tinggal melalui Facetime.

Perawat bernama Tanner Hulin mengunggah kisah perpisahan itu ke sosial media Facebook. Ia menggambarkannya sebagai momen memilukan.

Baca Juga

"Tadi malam, saya memegang telepon saya agar seorang istri dapat Facetime dengan suaminya yang tengah sekarat karena komplikasi Covid-19,” kaya Hulin dilansir di The Sun.

Hulim mengisahkan bahwa sang istri berbicara kepada suaminya seolah tidak ada siapapun di ruangan itu. Mereka berpura-pura sedang makan malam perayaan tanggal ulang tahun yang seharusnya jatuh pada bulan depan.

"Sang istri memberitahukan semua hal yang akan dia lewatkan tanpa suaminya dan berterima kasih karena sang suami telah menjadi suami dan ayah terbaik. Meskipun si suami tidak bisa menjawab, kamu bisa melihat di matanya bahwa dia tahu suara istrinya, ujar Hulin.

Hulin menuliskan bahwa ia sangat membenci virus corona. Dia sebal harus melihat keluarga bersedih sendiri karena virus itu. Dia juga benci kondisi dunia saat ini. Hulin menginginkan semua segera berakhir.

Meskipun pengalaman setiap orang terhadap virus corona berbeda-beda, Hulin tetap meminta orang untuk menghormati ketentuan dan tetap tinggal di rumah. “Tolong pertimbangkan tetangga, teman, dan keluarga Anda sebelum menyiarkan pendapat Anda. Covid bukan lelucon,” kata Hulin.

Dia berharap orang-orang dapat melihat bahwa anjuran tinggal di rumah merupakan sesuatu hal sederhana yang bisa dilakukan. Dengan begitu, setiap orang bisa meminimalkan jumlah keluarga yang tidak dapat memegang tangan orang yang mereka cintai saat meninggal dunia.

“Tinggal di rumah itu akan terasa seperti pengorbanan kecil untuk menghindari adanya janda yang harus berduka sendirian malam ini. Tinggal di rumah akan tampak seperti harga kecil yang harus dibayar untuk melindungi mereka yang rentan,” ujar dia.

Dia meminta orang-orang memikirkan kembali pendapatnya enggan tinggal di rumah. “Saya dapat meyakinkan Anda bahwa ada orang di seluruh dunia yang dunianya masih berdiri saat ini. Betapa menyakitkan dan cerobohnya pendapat ini bagi mereka,” tulis Hulin yang menerima 23 ribu likes dan 39 ribu shares.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement