REPUBLIKA.CO.ID, oleh Esthi Maharani*)
Niat mulia membantu sesama memang tak mengenal usia. Aksi solidaritas untuk tenaga medis telah dipertontonkan anak-anak Indonesia di tengah pandemic Covid-19. Ada banyak cerita dari penjuru tanah air tentang bocah-bocah yang datang ke lembaga pemerintah untuk menyerahkan tabungan dalam celengannya demi membantu tenaga medis mendapatkan Alat Pelindung Diri (APD).
Mochamad Hafidh adalah seorang siswa Sekolah Dasar berusia 9 tahun. Ia berinisiatif menyumbangkan uang jajan yang ditabungnya dalam kaleng biskuit kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Hafidh diketahui anak seorang pedagang bakso yang secara ekonomi ikut terdampak Covid-19.
"Ia paham, masalah covid adalah urusan dan tanggung jawab bersama bukan hanya pemerintah. Semoga keteladanannya, menjadi inspirasi anak-anak seusianya yang lebih mampu dan menginspirasi para dewasa lebih peduli," kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melalui akun Instagram pribadinya.
Selain Hafidh, ada pula anak SD bernama Azriliya Aliya Nabila yang baru berusia 7 tahun dari Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Ia menyumbangkan seluruh tabungannya untuk para dokter yang berjuang melawan corona Covid-19.
"Azriliya, anak dari petani hidroponik ini, mengijabkabulkan niatnya agar seluruh tabungannya dibelikan masker bedah. Ia sudah mempraktekkan nilai mulia budaya Jawa Barat: Silah asih, Silih asuh dan Silih asah. 'Nanti maskernya pa Gubernur kasiin ke dokter ya,', begitu terucap dari bibir mungil berparas imut kiyut ini. SIAP neng Azriliya! Laksanakan," kata Emil.
Ada pula Keisha yang baru berusia 9 tahun dari Cimahi ikut memberikan tabungannya. Bocah kelas tiga SD itu memberikan uang koin yang dikumpulkan selama satu tahun kepada Wali Kota Cimahi, Ajay M Priatna. Keisha mengaku khawatir masih banyak orang yang belum menggunakan masker sehingga rentan tertular virus Covid-19.
Di Jawa Tengah, kakak beradik bernama Olivia dan Regina ikut menyumbangkan isi tabungannya. Diketahui uang itu dikumpulkan tak hanya dari uang jajan mereka selama setahun tetapi hasil jualan mainan. Tujuannya sama, untuk keperluan tenaga medis menangani Covid-19.
"Olivia dan Regina, terimakasih ya. Kalian anak-anak hebat, menyumbangkan tabungan untuk beli masker buat para dokter. Oiya, kawan-kawan dokter dan tenaga medis, dapat salam dari anak-anak cantik ini " kata Ganjar Pranowo lewat video singkat yang diunggah di akun Instagram pribadinya.
Hal yang sama juga dilakukan anak bernama Aisyah di Kediri, Jawa Timur. Usianya baru 4 tahun tetapi ia menyumbang uang tabungannya untuk membeli kebutuhan APD tenaga medis. Datang diantar oleh sang ayah, bocah yang masih duduk di bangku PAUD tersebut tiba di kantor Laznas BMH Perwakilan Jatim Gerai Kediri dan menyerahkan celengan kuning yang belum dipecahkan.
“Untuk bantu dokter menyembuhkan pasien Corona, beli masker dan alat lainnya,” ungkap Aisyah.
Dari tanah Sumatra, tak ketinggalan cerita serupa. Seorang murid SD di Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat bernama Siti Nabilatul Hasanah ikut berbuat baik. Ia datang ke Mapolsek Pulau Punjung dan menyerahkan celengan yang terbuat dari bambu untuk membeli APD tenaga medis.
Atas permintaan Nabila dan orang tuanya, polisi kemudian mengantarkan keduanya langsung ke pihak Rumah Sakit RSUD Sungai Dareh agar sumbangan dari Nabila bisa langsung dimanfaatkan oleh tim medis.
Sulawesi juga memiliki cerita anak-anak yang memberikan tabungannya untuk tenaga medis. Yasmin Saman Ahmad yang baru berusia 6 tahun menyumbangkan uang tabungannya. Yasmin didampingi ibunya datang ke Posko Jurnalis Peduli Kemanusiaan (JPK) Sulsel di Sekertariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar untuk menyerahkan bantuannya yang dikumpulkan dalam celengan.
"Ini untuk bantu belikan kakak dokter dan perawat baju (APD) di puskesmas dan rumah sakit. Tetap semangat kakak dokter," kata Yasmin.
Seorang siswa kelas 1 Sekolah Dasar di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara bernama Bagus Ananda Pratama menyumbangkan uang di celengannya. Bocah 7 tahun itu menyumbangkan uang celengannya di Posko Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Kendari, dan diterima langsung oleh wali kota.
"Tabungan itu awalnya (rencananya) untuk beli hape (handphone), tapi biar ini untuk (penanganan) Corona. Untuk bantu dokter dan perawat. Jumlahnya saya tidak tahu, saya rela dan ikhlas," kata Tama saat menyerahkan celengannya kepada kepada Wali Kota.
Saya selalu percaya, Indonesia tak pernah kekurangan orang baik. Apalagi untuk pertama kalinya, Indonesia disebut sebagai negara yang paling dermawan di dunia, menurut survei yang dilakukan lembaga amal Inggris, Charities Aid Foundation (CAF). Lembaga tersebut telah mengumpulkan data dari 146 negara. Mereka melakukan survei sepanjang 2017,untuk periode 2013-2017
Dalam laporan World Giving Index 2018, Indonesia berada diperingkat teratas dengan skor 59. Australia dengan skor yang sama menempati urutan dua, disusul Selandia Baru, Amerika, dan Irlandia.
Ada tiga aspek kebaikan yang diukur dalam laporan tersebut, yaitu 'membantu orang yang tidak dikenal', 'memberi sumbangan', dan 'menjadi relawan'. Survei lapangan dilakukan oleh lembaga riset Gallup melibatkan kurang lebih 150.000 responden dari seluruh dunia.
Indonesia berada di peringkat atas didorong oleh faktor 'memberi sumbangan' yang tinggi, yaitu 78 poin. Selain itu, keterlibatan warga Indonesia dalam kegiatan kerelawanan juga termasuk unggul dibanding negara-negara lain. Dalam aspek 'kerelawanan' Indonesia paling tinggi dengan skor 53 persen diikuti oleh Liberia dan Kenya.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, saya hanya ingin memberikan catatan kecil bahwa segala bentuk bantuan yang diberikan sebaiknya tidak dikecilkan. Tidak pula menganggap satu bentuk bantuan lebih baik dari bantuan yang lain, misalnya menganggap uang tunai lebih baik dari sembako. Tidak pula menganggap banyaknya bantuan menentukan tingkat berharganya bantuan tersebut karena membantu satu orang sama berharganya dengan membantu belasan, ratusan ribu, hingga jutaan orang. Tidak pula menilai sosok yang memberikan bantuan dari usianya, toh anak-anak Indonsia sudah memberikan contoh yang luar biasa. Jadi, sekali lagi, jangan mengecilkan segala bantuan yang bisa dan telah diberikan karena semua bantuan itu sama berharganya.
*) penulis adalah jurnalis republika.co.id