REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG— Memiliki umur panjang yang berkah tentu menjadi harapan semua orang. Umat Muslim ternyata sudah memiliki cara untuk mencapai harapan tersebut. Kuncinya hanya satu, yakni berpuasa.
Menurut Kepala Divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam dan Kepala Pusat Studi Imunologi Fakultas Kedokteran Unpad-RSHS Bandung, DR Sumartini Dewi dr Sp PD-KR M Kes CCD Finasim, salah satu manfaat puasa ternyata bisa meningkatkan usia harapan hidup. Menurut dia, human growth hormone eksogen (dari luar tubuh) tidak dianjurkan karena berbagai alasan dan bukan yang terbaik untuk tubuh manusia.
HGH diketahui memiliki manfaat anti-penuaan (anti-aging) dan dapat meningkatkan usia harapan hidup, khususnya dalam meningkatkan fungsi kognisi, menyediakan perlindungan saraf, dan meningkatkan neurogenesis. Sumartini menjelaskan, hasil penelitian khusus menunjukkan bahwa HGH memiliki efek perlindungan terhadap sel-sel saraf serta menjaga kesehatan dan kinerja otak. Hormon ini juga membuat panjang umur dan mengatur metabolisme.
"Nah, puasa telah terbukti secara alami dapat meningkatkan kadar HGH untuk memberikan manfaat anti-penuaan, perbaikan, perlindungan saraf, dan umur panjang yang sehat," ujar Sumartini kepada wartawan, Senin (27/4).
Menurut Sumartini, berbagai penelitian telah menunjukkan puasa dapat membantu hidup lebih lama. Ada sejumlah alasan mengapa puasa dapat membantu menjalani hidup yang lebih panjang.
Yang pertama berkaitan dengan metabolisme. Seiring bertambahnya usia, metabolisme tubuh mulai melambat, yang mengarah pada hilangnya jaringan otot secara bertahap melalui proses yang dikenal sebagai sarkopenia.
Selain itu, menurut dia, puasa juga meningkatkan fungsi otak. Pasalnya, puasa tidak hanya bagus untuk tubuh, tetapi juga baik untuk sel-sel otak. Berpuasa meningkatkan fungsi otak dalam beberapa cara, yakni bisa merangsang pembentukan sel-sel otak lebih banyak.
"Berpuasa dapat merangsang pembentukan sel-sel otak lebih banyak lagi sehingga dapat meningkatkan fungsi otak kita," katanya.
Sumartini menjelaskan, menurut Dr Mark Mattson, seorang profesor neurologi di Universitas John Hopkins, puasa telah terbukti meningkatkan neurogenesis di otak. Neurogenesis adalah pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak maupun jaringan saraf baru. "Tingkat neurogenesis yang lebih tinggi dapat meningkatkan kinerja otak, memperbaiki sel-sel memori, memperbaiki mood/suasana hati, dan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi," katanya.
Manfaat puasa untuk otak lainnya, menurut dia, adalah bisa meningkatkan produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF) di dalam sel-sel Otak. Pasalnya, puasa tidak hanya meningkatkan proses neurogenesis, tetapi juga meningkatkan produksi protein yang berperan penting bagi sel-sel otak kita, yakni brain-derived neurotrophic factor (BDNF). "BDNF telah diketahui sebagai miracle grow for your brain," katanya.
BDNF, menurut dia, merupakan salah satu faktor neurotropik yang mendukung diferensiasi, maturasi, dan kelangsungan hidup sel neuron dalam sistem saraf dan menunjukkan efek neuroprotektif dalam kondisi buruk, seperti stimulasi glutamatergik, iskemia serebral, hipoglikemia, dan neurotoksisitas.
BDNF pun, kata dia, bisa merangsang dan mengendalikan pertumbuhan sel neuron baru dari sel induk saraf (neurogenesis). BDNF telah terbukti memainkan peran dalam neuroplastisitas, yang memungkinkan otak untuk terus berubah dan beradaptasi.
"Kemampuan ini membuat sel otak lebih tahan terhadap stres dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi," katanya.
Bahkan, menurut dia, BDNF membantu menghasilkan sel-sel otak baru, melindungi sel-sel otak Anda, menstimulasi koneksi dan sinapsis baru, meningkatkan memori, serta meningkatkan suasana hati dan kemampuan belajar. "Puasa telah terbukti meningkatkan BDNF sebesar 50-400 persen," katanya.
Pelepasan BDNF, kata dia, mengaktifkan sel punca di dalam otak dan mengubahnya menjadi sel-sel neuron. BDNF juga memicu pelepasan beberapa bahan kimia lain yang baik untuk kesehatan otak. Peningkatan produksi BDNF telah terbukti melindungi sel-sel otak dari perubahan degeneratif yang terkait dengan kondisi seperti penyakit parkinson dan alzheimer, sementara kadar BDNF yang rendah telah dikaitkan dengan depresi dan beberapa masalah otak lainnya.