Rabu 29 Apr 2020 02:22 WIB

Covid-19 Bawa Industri Halal ke Era Baru

Industri halal akan masuk pada era new normal.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Muhammad Hafil
Covid-19 Bawa Industri Halal ke Era Baru. Foto: Ilustrasi Makanan Halal
Foto: Foto : MgRol100
Covid-19 Bawa Industri Halal ke Era Baru. Foto: Ilustrasi Makanan Halal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri halal akan masuk pada era new normal setelah masa pandemi Covid-19 berlangsung. Direktur Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Afdhal Aliasar menyampaikan kondisi pandemi memaksa semua industri untuk berubah.

"Kita akan temukan realita dan perilaku baru, kondisi ekonomi baru, new normal, termasuk di industri halal," katanya dalam Webinar 2nd Series KNEKS tentang Industri Halal di masa Covid-19, Selasa (28/4).

Baca Juga

Afdhal mengatakan perekonomian saat ini terus melemah dan masuk pada titik yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Semua industri harus masuk pada fase inovasi agar dapat bertahan dan menghindari krisis baru lainnya.

Teknologi digital menawarkan solusi peralihan ke era baru ini. Bekerja secara jarak jauh menjadi tren dan cara baru dalam melaksanakan tugas. Sehingga infrastruktur digital harus jadi relevan di semua sektor bisnis, termasuk industri halal.

CEO and Managing Direktor Dinar Standard, Raffiuddin Shikoh mengatakan, industri halal bisa terus berkembang dengan mengidentifikasi kekuatan setiap sektor di masa pandemi. Secara global, sektor halal paling terimbas fatal adalah wisata halal dan keuangan syariah.

Sementara imbas moderat terjadi pada modest fashion dan kosmetik halal. Sektor paling minim terimbas adalah makanan halal, media dan rekreasi, dan farmasi halal. Dari identifikasi ini, setiap negara bisa mengerahkan segala upaya untuk tetap tumbuh.

"Sudah ada sinyal dini sektor-sektor halal yang akan tumbuh meningkat," katanya dalam kesempatan yang sama.

Peningkatan produksi pangan lokal akan membawa investasi pasar tersendiri. Impor terhadap makanan pun bisa berkurang. Raffiudin melihatnya di Arab Saudi, Indonesia, Uni Emirat Arab, Nigeria, dan negara Organisasi Kerja Sama Islam lainnya.

Ia mengatakan Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk bangkit dan menjadi produsen makanan halal. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tapi juga luar negeri, misal negara-negara OKI.

Selain itu, tingginya konsumsi digital atau internet juga membawa peluang tumbuh besar bagi fintech syariah, media juga aplikasi halal, dan pendidikan Islam. Ia melihat juga peningkatan besar terjadi pada keuangan sosial syariah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement