REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasien Covid-19 berusia 12 tahun, Juliette Daly, asal Louisiana, Amerika Serikat dilaporkan mengalami sindrom peradangan langka yang sempat menghentikan jantungnya. Kasus yang sepertinya sejenis dengan yang dikabarkan terjadi di Inggris dan negara lainnya ini kemungkinan terkait dengan infeksi Covid-19 pada anak.
Juliette dibawa ke rumah sakit Ochsner di New Orleans sekitar tiga pekan lalu. Hasil tesnya positif, meski tak menunjukkan gejala umum Covid-19. Ia tiba-tiba mengalami gagal jantung saat dokter mencoba memasang alat bantu pernapasan.
"Jantungnya berhenti setelah dipasangi selang pernapasan. Dokter mencoba segala cara untuk menyelamatkannya. Pada saat itu, dunia saya serasa runtuh," kata ibu Juliette, Jennifer Daly, dilansir dari Fox News pada Jumat, (1/5).
Jennifer menceritakan, anaknya selama ini sehat-sehat saja. Juliette bahkan cenderung aktif, sehingga ia heran ketika anaknya divonis menderita Covid-19.
"Saya seolah mati selama dua menit. Seolah perut saya sakit tak berujung, saya sampai tak mau bergerak, saya tak ingin hidup, saya ingin semua penderitaan berhenti," ujar Jennifer.
New Orleans doctors revive child thought dead from COVID-19 https://t.co/RzJnpwN1dZ pic.twitter.com/X6jOY6MVbE
— WBRZ News (@WBRZ) April 30, 2020
Juliette didiagnosis mengalami peradangan langka yang dapat memicu demam tinggi dan arteri bengkak, mirip penyakit Kawasaki. Penyakit Kawasaki yang memengaruhi arteri di seluruh tubuh memang biasanya menyerang anak-anak dan dapat berkembang menjadi radang pada arteri.
"Covid-19 bisa menginfeksi jantung dan menyebabkan sel-sel di jantung mulai berhenti bekerja," kata ahli jantung Jake Kleinmahon.
Juliette telah melewati masa-masa kritisnya. Ibunya bersyukur atas perawatan maksimal yang diterima anaknya.
Kasus Juliette terjadi setelah UK Pediatric Intensve Care Society (PICS) mengabarkan adanya sedikit kenaikan kasus peradangan multisistem pada anak-anak yang sakit parah. Mereka mengaitkan kondisi itu dengan infeksi virus corona.
Setidaknya, tiga anak di New York juga menunjukkan gejala serupa.