REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Tiga kerangka milik individu Afrika telah ditemukan di kuburan massal di Mexico City. Individu ini mewakili beberapa orang Afrika pertama yang datang ke perbudakan di Dunia Baru.
Sebuah analisis interdisipliner dari kerangka-kerangka ini memberi wawasan baru pada periode sejarah yang suram ini. Ilmuwan berupaya menggambarkan kondisi keras yang dialami oleh gelombang pertama orang Afrika yang diperbudak di Amerika.
"Sejauh pengetahuan kami, mereka adalah orang Afrika generasi pertama yang diidentifikasi secara genetik di Amerika," menurut penulis makalah yang diterbitkan di Current Biology, dilansir di Gizmodo, Jumat (1/5).
Ditemukan di Mexico City, tiga kerangka dimakamkan di sebuah kuburan massal di dekat bekas situs Rumah Sakit Real de San José de los Naturales. Rumah sakit ini berasal dari periode kolonial awal Spanyol Baru dan terutama digunakan untuk merawat masyarakat adat.
Usia ketiga kerangka kembali ke periode kolonial awal pada abad ke-16. Artinya individu-individu ini adalah di antara gelombang pertama orang Afrika yang diculik dan dibawa ke Amerika melalui perdagangan budak trans-Atlantik.
Analisis interdisipliner dari kerangka-kerangka ini melukiskan gambaran suram kehidupan mereka, menunjukkan bukti migrasi palsu, pelecehan fisik, dan paparan penyakit menular.
Johannes Krause dari Institut Max Planck untuk Sains Sejarah Manusia dalam makalah ini menyebutkan, dengan menyelidiki asal dan pengalaman penyakit orang-orang ini melalui metode molekuler, mereka menemukan identitas, budaya, dan kehidupan orang-orang ini yang sejarahnya sebagian besar telah hilang.
Asal usul cerita ini kembali ke 1518, ketika Charles I dari Spanyol mengizinkan pemindahan orang-orang Afrika yang diperbudak ke Viceroyalty of New Spain, yang pada saat itu memasukkan sebagian besar dari apa yang sekarang disebut Mexico, Karibia, dan beberapa bagian dari AS dan Kanada.
Pada 1779, diperkirakan 130 ribu hingga 150 ribu orang Afrika telah dipindahkan secara paksa ke Viceroyalty. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 ribu tiba antara 1600 dan 1640.
Dalam makalah ini, penulis menjelaskan peningkatan mendadak dalam relokasi individu yang diperbudak. Saat itu, terdapat pengurangan tenaga kerja asli dalam banyak konflik selama penaklukan Eropa karena penyakit (di antaranya, cacar, campak, dan demam tifoid). Penyakit ini menghancurkan hampir 90 persen dari populasi asli.
Kelompok keturunan Afrika dianggap memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap penyakit ini dibandingkan dengan penduduk asli Amerika dan Eropa. Ini menjadikannya aset yang diinginkan.
"Lebih jauh dari ini, Las Leyes Nuevas (The New Laws) tahun 1542 melarang penggunaan tenaga kerja asli Amerika sebagai budak di Spanyol Baru," tulis peneliti di makalah tersebut.