Sabtu 02 May 2020 03:20 WIB

Penyintas Covid-19 tak Otomatis Sembuh Sempurna

Penyintas Covid-19 mungkin butuh ahli nutrisi dan fisioterapis untuk sembuh sempurna.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Reiny Dwinanda
Virus corona (ilustrasi). Belum jelas efek jangka panjang yang akan dirasakan penyintas Covid-19.
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi). Belum jelas efek jangka panjang yang akan dirasakan penyintas Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gejala seseorang terjangkit Covid-19 sedikit-banyak telah tersingkap. Tapi, efek jangka panjang dari penyakit yang menjadi pandemi tersebut hingga kini belum terlalu jelas.

Bahkan, PM Inggris Boris Johnson juga butuh waktu dan fisioterapi sebelum bisa kembali bekerja pada akhir April. Ia sempat mendapatkan bantuan oksigen, masuk ruang perawatan intensif (ICU) hingga akhirnya bisa duduk di ranjang rumah sakit, berjalan jarak dekat, lalu pulang ke rumah untuk menjalani dua pekan isolasi mandiri.

Baca Juga

Sementara itu, penyintas Covid-19 lain kondisinya ada pula yang lebih parah dari Johnson. Mereka akan membutuhkan fisioterapi agar dapat pulih seperti semula.

"Setelah 10 hari orang membutuhkan alat bantu napas, mungkin memakai ventilator dan mendapatkan obat-obatan, kita tidak bisa begitu saja berkata, 'Anda telah memenangkan pertarungan, silakan kembali ke dunia,'" ujar dr James Gill, dosen klinis di Warwick University, dikutip dari The Sun, Jumat (1/5).

Gill menyebutkan, para pasien akan membutuhkan perawatan lebih lanjut dari pakar nutrisi untuk memandu mereka mendapatkan makanan yang bernutrisi baik dan fisioterapis untuk membantu mereka bergerak seperti semula. Terdapat keterangan dari sejumlah penyintas Covid-19 bahwa mereka membutuhkan sekian hari atau pekan untuk bisa kembali berdiri atau berjalan seperti semula.

Pasien lain yang diperbolehkan pulang dari RS Torbay, Inggris pekan ini terpantau mengalami kehilangan massa otot dan merasa kekurangan energi. Gill menyatakan, fisioterapi akan dibutuhkan dalam proses mengembalikan pergerakan penyintas Covid-19.

Gill mengibaratkan hal itu seperti seseorang melakukan kegiatan half marathon. Orang yang sudah pernah mencobanya lalu merasa sakit tak akan lagi pernah mau menjajal aktivitas yang sama.

"Ketika melewati kondisi terburuk dari Covid-19, dengan efek yang dirasakan tubuh seseorang, itu seperti melakukan half marathon setiap hari selama perawatan di ICU. Itu serangan yang luar biasa untuk tubuh," katanya.

Menurut Gill, Covid-19 membuat seseorang secara fisik ibarat dimasukkan melalui alat pemeras. Alhasil, proses pemulihan akan tergantung pada usia dan tingkat kebugaran pasien. Pasien akan menderita akibat kelelahan, sama seperti seseorang yang telah melalui kegiatan maraton.

"Sama seperti seseorang yang melalui lari maraton, kemudian kolaps dan kakinya lunglai seperti jeli dan mereka kemungkinan membutuhkan pertolongan untuk mengetahui cara berjalan kembali," tutur dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement