REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati mengemukakan pentingnya adaptasi dan fleksibilitas dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran anak di rumah di tengah banyaknya keterbatasan akibat pandemi Covid-19. Ia juga menjelaskan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dipengaruhi tiga hal.
Dia menjelaskan empat hal tersebut, yakni kemampuan adaptasi guru, ketersediaan sarana pendukung, dan kapasitas pengasuhan masing-masing keluarga. Ia menambahkan pada hari biasa, proses belajar anak berada dalam kendali guru di kelas dan mengacu pada standar tertentu.
Namun, ia mengatakan, dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh orang tua siswa lebih berperan dalam mendampingi langsung kegiatan belajar anak. Padahal, orang tua siswa memiliki latar belakang dan kapasitas berbeda.
Dia juga mengutip hasil survei yang dilakukan KPAI pada 1.700 siswa dan 550 guru yang menunjukkan bahwa keragaman kondisi orang tua murid menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari jarak jauh. "Media yang dipakai siswa itu terbatas masih pakai ponsel atau belum pakai lainnya, ada kendala pembelajaran misalnya keragaman masyarakat kita seperti ekonomi, sosio kultur, latar belakang orang tua murid," kata dia dalam diskusi daring dalam rangkaian peringatan Hari Pendidikan Nasional, Sabtu (2/5).
Dari sisi fasilitas, kata dia, beberapa guru tidak siap dengan model pendidikan jarak jauh. Sebagian dari mereka belum dapat menyesuaikan diri dengan proses pendidikan menggunakan teknologi baru.
Model pendidikan jarak jauh, ia melanjutkan, juga tidak selalu menyenangkan bagi anak dan kadang menimbulkan kejenuhan pada anak. Padahal proses belajar yang menyenangkan sangat mempengaruhi hasil pembelajaran, termasuk kemampuan siswa menyerap materi pelajaran.
Rita mengatakan menurut hasil survei 76,7 persen siswa tidak senang dengan kegiatan belajar di rumah yang berlangsung sekarang. Terlebih, dalam kegiatan belajar itu mereka kebanyakan harus mengejakan tugas saja, jarang melakukan kegiatan belajar tidak interaktif.
"Ini juga terkonfirmasi pada guru. Karena Covid-19 ini tentu kurikulum tidak harus sama persis sehingga diperlukan kreativitas guru. Guru lebih banyak mengejar standar baku kurikulum yang harus selesai padahal seharusnya adaptif dan fleksibel," katanya.