Ahad 03 May 2020 07:13 WIB
Edukasi

TV Edukasi Justru Tenggelam di Era Belajar Daring

Nasib TV Edukasi

Jakarta Islamic School (JISc), salah satu sekolah terfavorit di Jakarta Timur memanfaatkan aplikasi daring seperti Zoom dan Google Classroom untuk proses belajar mengajar. Lewat aplikasi tersebut, guru-guru di JISc berinteraksi dengan siswa dengan tatap muka dan rekaman video sehingga anak-anak tetap dapat merasakan suasana belajar seperti di sekolah.
Foto: istimewa
Jakarta Islamic School (JISc), salah satu sekolah terfavorit di Jakarta Timur memanfaatkan aplikasi daring seperti Zoom dan Google Classroom untuk proses belajar mengajar. Lewat aplikasi tersebut, guru-guru di JISc berinteraksi dengan siswa dengan tatap muka dan rekaman video sehingga anak-anak tetap dapat merasakan suasana belajar seperti di sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof DR Zainuddin Malik, Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Anggota DPR

Di tengah kesulitan melayani pembelajaran siswa di daerah 3T yang tidak bisa menjangkau internet selama darurat Covid-19, maka media televisi dan radio sangat dibutuhkan. Namun  bagi saya sangat  menyayangkan TV Edukasi yang dimiliki Kemdikbud sendiri belum bisa dijadikan tumpuan harapan.

Data Kemdikbud menyebutkan angka 6.5% saja siswa yang berada di 3T yang belajar dari rumah bersama TV Edukasi. Seharusnya Kemdikbud lebih sungguh-sungguh tangani sehingga TV Edukasi menjadi saluran yang paling dibutuhkan siswa belajar dari rumah.

Karena belum bisa berharap banyak kepada TV Edukasi, jalan keluarnya Kemdikbud harus “menyewa” TVRI untuk menyelenggarakan paket belajar dari rumah. Disini Kemdikbud sedikit banyak terbantu melayani siswa yang kesulitan akses internet. Tercatat 52 % siswa 3T belajar dengan menonton saluran TVRI.

Bagaimanapun TVRI juga memiliki keterbatasan. Dari kuota waktu pasti terbatas, karena harus dibagi dengan program-program regular TVRI itu sendiri. LPP TVRI juga tidak punya tenaga khusus yang kompeten secara pedagogis. Hal ini berisiko lamban mengontrol munculnya penayangan pembelajaran yang bergeser dari tujuan pendidikan. Misalnya, bisa terselingi oleh paket iklan yang kontennya bertolak belakang dengan pendidikan anak-anak.

Faktanya TVRI juga belum seratus persen bisa jangkau daerah terisolir. Masih banyak siswa didik kita yang tinggal di daerah yang jangankan internet, televisi dan radio pun tak bisa dinikmati. Guna mengatasi daerah terisolasi itu tidak ada pilihan lain siswa di daerah terisolasi itu selain harus di datangi langsung oleh guru.

Oleh karena itu Kemdikbud harus merekrut relawan dari guru-guru penggerak. Guru itu bisa diorganisir dalam satu gugus tugas layanan pendidikan khusus siswa terisolir di tengah wabah covid-19.

Anggap saja tugas guru yang mendatangi siswanya ini seperti petugas medis yang harus berinteraksi langsung dengan pasien. Oleh karena itu bekali APD yang lengkap. Jangan lupa bekali juga transport dan insentif khusus buat guru penggerak itu.

Guru penggerak tersebut harus door to door, dengan membawa paket pembelajaran yang telah dirancang khusus – dalam hal ini paket pembelajarannya bukan berbasis konten, tetapi berbasis proyek atau yang dikenal dengan project based learning approach.

Interaksi dengan siswa tidak perlu memakan waktu lama. Cukup sepuluh hingga 15 menit guru jelaskan proyek yang harus dilakukan siswa. Hasil proyek yang dikerjakan siswa akan ditagih pada kunjungan pekan berikutnya. Dari tagihan itu, guru harus memperoleh portofolio atau rekam jejak siswa selama sepekan, yang evaluasinya dilakukan secara integrated.

Gunakan media by utility. Pelajaran biologi misalnya, siswa bisa diminta  cari, kenali dan ambil tindakan yang seharusnya terhadap perilaku species atau flora dan fauna yang ada di sekitar rumahnya. Dari situ bisa dilihat hardskill seperti pengetahuan siswa tentang alam, penguasaan bahasa dan aspek ilmu pengetahuan terkait lainnya.

Lebih dari itu dari protofolio tersebut dapat juga dievaluasi softskill seperti kesungguhan, kemauan, kerapian, kreatifitas dan cara siswa menyelesaikan kesulitan menyelesaikan proyeknya.

Oleh karena itu Kemdikbud jangan buang waktu. Segera gerakkan relawan. Layani pembelajaran siswa di daerah terisolasi. Datangi mereka. Mereka juga berhak mendapatkan layanan terbaik dari pemerintah di tengah wabah covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement