REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Selamat Ginting, Wartawan Senior Republika
Senyum, tawa lebar, dan senda gurau. Itulah sosok yang ditampilkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal Doni Monardo. Kamis (30/4/2020) petang, menjadi pemandangan yang tidak biasa yang penulis saksikan. Setidaknya, selama Doni didaulat Presiden Joko Widodo menjadi Kepala Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (covid-19), pertengahan Maret 2020 lalu.
Di tengah kesibukannya yang luar biasa, hari itu, ia tampil sumringah. Usai berbuka puasa dilanjutkan sholat magrib, jenderal bintang tiga itu bisa tertawa lepas.
Berbicara tentang kenangannya dalam beberapa operasi tempur di Aceh dan Timor Timur. Ditemani antara lain, teman satu letting (kelas) abituren (lulusan) Akademi Militer (Akmil) 1985, Mayjen (Purn) Komarudin Simanjuntak, Brigjen (Purn) Edison Simanjuntak, dan Mayjen (Purn) Amrin. Komarudin terakhir sebagai Panglima Kodam Udayana, tahun 2017-2018. Edison, terakhir sebagai perwira staf ahli Panglima TNI, tahun 2018.
Sementara Amrin, terakhir sebagai staf khusus KSAD, tahun 2019. Mereka menjadi staf khusus dan tenaga ahli kepala BNPB. Juga tiga orang yang setia mendampingi Doni Monardo, tidur selama hampir dua bulan di Graha BNPB; Kolonel (Zeni) M Budi Irawan, Kolonel (Arhanud) Hasyim Laihakim, dan tenaga ahli PNPB Egy Massadiah. Termasuk wartawan senior Metro TV Suryo Pratomo dan penulis yang hari itu mengunjungi Doni.
Hari itu Doni betul-betul bisa melepaskan tawa, tanpa beban. Menyiratkan optimistis, covid-19 bisa segera diatasi di Indonesia.
“Sudah mulai melihat ada trend penurunan. Ini yang membuat kita harus terus disiplin, disiplin, dan disiplin. Saya merasa lega,” katanya membuka percakapan jelang berbuka puasa.
Ia merasa senang dikelilingi para sahabatnya. Kali ini jenderal berkualifikasi komando itu banyak bercerita tentang operasi pertempuran di Timor Timur.
“Ini bisa ditanya ke pak kumis (Komarudin Simanjuntak). Saya kok kebagian yang gak enak terus di Timor Timur. Tapi saya nikmati saja, tanpa beban. Misalnya mengembalikan mayat ke rumah orang tua korban. Kalau kembalikan sepeda motor sih tidak masalah. Ini kembalikan mayat, bisa ngamuk satu kampung,” ujar Doni tertawa sambil menunjuk ke arah Komarudin.
“Pak Doni tidak mengeluh. Ia bergerak cepat membuat prakondisi terlebih dahulu. Sehingga masyarakat bisa menerima kehadirannya. Di situ keahlian dia. Makanya kami minta Pak Doni yang melaksanakan,” ujar Komarudin Simanjuntak, terbahak-bahak.
Komarudin, lanjut Doni, kerap membuat guyonan di tengah situasi tegang, seperti di medan operasi di Aceh. Membuat Brigjen Suroyo Gino (wakil panglima komando operasi) bisa ikut tertawa. Komarudin sebagai staf khusus Kepala BNPB menjadi teman kerja Doni dalam suka dan duka.
“Di beberapa medan operasi tempur, saya pernah bertemu Pak Komar dan Pak Edison. Walau kami lain kesatuan. Mereka bisa jadi saksi bagaimana saya dapat tugas-tugas dadakan dengan fasilitas seadanya. Bahkan tidak ada fasilitas sama sekali. Sekarang mereka menemani saya juga di sini.”
Termasuk komandan batalyon pasukan lain, minta tim Doni yang menyergap Falentil, sayap militer Fretilin. Padahal itu wilayah kewenangan batalyon lain. Tapi Doni tidak menolak tugas. Hal itu justru membuatnya semakin matang di medan operasi pertempuran.