Selasa 05 May 2020 20:50 WIB

Pelajaran Kesehatan dari Meninggalnya Didi Kempot

Dokter mengungkap pelajaran yang bisa dipetik dari meninggalnya Didi Kempot.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Penyanyi Didi Kempot meninggal Selasa (5/5) di Kota Solo, Jawa Tengah. Dokter mengungkap, ada pelajaran kesehatan yang bisa diambil dari meninggalnya Didi dalam usia 53 tahun.
Foto: BUDI CANDRA SETYA/ANTARA FOTO
Penyanyi Didi Kempot meninggal Selasa (5/5) di Kota Solo, Jawa Tengah. Dokter mengungkap, ada pelajaran kesehatan yang bisa diambil dari meninggalnya Didi dalam usia 53 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepergian penyanyi Didi Kempot pada usia 53 tahun memberi pelajaran penting mengenai menjaga kesehatan. Masyarakat pun diingatkan untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.

"Almarhum sangat sibuk menjelang kematiannya. Artinya, kelelahan mencetuskan terjadi berbagai sebab kematian mendadak," ujar praktisi kesehatan, Prof Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (5/5).

Baca Juga

Dari informasi yang bertebaran di media massa, Ari mendengar ada dugaan kuat Didi meninggalnya karena serangan jantung. Ia mengatakan, serangan jantung atau strok memang merupakan penyebab utama kematian mendadak karena sakit.

"Sesak napas tanpa atau disertai nyeri dada yang berhubungan dengan aktivitas, misalnya setelah naik tangga atau berjalan jauh terasa sesak, harus diduga sebagai gangguan pada jantung," jelasnya.

photo
Sugeng tindak Didi Kempot. - (Republika)

Menurut Ari, masyarakat perlu mencermati kondisi tubuhnya. Keluhan yang baru muncul ketika umur di atas 40 tahun merupakan suatu tanda ada yang tidak beres di dalam tubuh yang perlu evaluasi sesegera mungkin.

"Segera berobat ke dokter jika ada keluhan yang terjadi, terutama sesak napas, nyeri dada atau nyeri dulu hati setelah beraktivitas," kata Ari yang juga dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Bagi orang yang memang tidak ada risiko sakit jantung, Ari menganjurkan untuk check-up setelah berusia di atas 40 tahun. Bahkan, check-up harus dilakukan lebih awal jika mempunyai faktor risiko sakit jantung. 

Apa saja faktor risiko penyakit jantung? Ari memaparkan, faktor risikonya mencakup kegemukan atau obesitas, merokok, hipertensi, kolesterol tinggi atau hiperkolesterol, hipertrigliserida, penyakit kencing manis, riwayat keluarga dengan sakit jantung, kurang olahraga rutin, dan stres.

"Kita bisa mendeteksi adanya penyakit atau gangguan kesehatan yang memang hanya bisa ditemukan melalui check-up," ujarnya.

Ari mengingatkan bahwa penyakit tidak terjadi tiba-tiba. Akan tetapi, manifestasi klinisnya memang bisa mendadak.

"Gangguan kesehatan harus diidentifikasi dengan pemeriksaan sehingga check-up merupakan hal penting yang harus rutin dilakukan," kata Ari.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement