REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Endro Yuwanto *)
Tak mudah memang untuk memutuskan menggelar event yang melibatkan kerumunan orang, seperti pertandingan sepak bola, di tengah pandemi virus corona yang belum juga mereda. Ini pula yang terjadi pada sejumlah kompetisi elite di Eropa.
Sampai-sampai Konfederasi Sepak Bola Eropa (UEFA) pekan lalu akhirnya membolehkan kompetisi liga domestik di negara-negara Eropa tak melanjutkan musim karena pandemi yang telah menelan lebih dari 270 ribu nyawa di seluruh dunia belum usai. Padahal, sebelumnya UEFA menekankan bahwa kompetisi lokal di negara-negara anggotanya harus dirampungkan.
Kendati kini melunak, namun UEFA tetap meminta kepada para anggotanya agar mengusahakan kompetisi domestik dituntaskan, terutama untuk divisi teratas yang jadi perwakilan ke kompetisi Eropa. Kompetisi boleh benar-benar berhenti jika situasi tidak memungkinkan untuk menggelar pertandingan.
Sejumlah kompetisi liga domestik di Eropa sudah menyerah dan mengakhiri musim, bahkan sebelum UEFA melunak. Sebut saja Liga Skotlandia, Liga Belanda, Liga Belgia, dan terakhir Ligue 1 Prancis.
Sejauh ini, hingga awal Mei 2020, empat liga top Eropa, yakni Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, Serie A Liga Italia, dan Bundesliga Jerman, masih berusaha mencari celah. Dengan berbagai alasan, keempatnya mencoba melanjutkan kompetisi lagi setelah sempat dihentikan beberapa pekan lalu akibat dampak pandemi.
Seperti liga-liga di Eropa, nasib kelanjutan kompetisi Liga Indonesia yang masih terhenti sementara hingga kini juga belum jelas. Situasi Tanah Air yang masih belum bebas virus corona masih akan mempersulit kepastian Liga 1 2020 untuk kembali bergulir.
Wacana untuk kembali menggelar Liga 1 makin lama terus berdengung di tengah pandemi virus corona. Salah satu hal yang membuat wacana menggelar kembali Liga 1 terus ramai diperbincangkan adalah adanya alternatif menggelar kompetisi tanpa penonton. Alternatif tersebut dianggap paling cocok diterapkan apabila Indonesia ingin tetap melaksanakan kompetisi sepak bola.
Namun demikian, kenyataannya opsi untuk menggelar Liga 1 tanpa penonton setelah jeda kompetisi justru tidak banyak diharapkan. Bahkan oleh sebagian besar klub peserta Liga 1 musim ini. Penyebabnya tidak lain karena persoalan finansial. Sebagian besar klub Liga 1 masih menggantungkan pendapatan dari hasil penjualan tiket pertandingan.
Operator Liga 1, PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) sebenarnya sudah mendapat berbagai saran dan masukan dari klub-klub Liga 1 yang sebagian besar kurang setuju dengan opsi menggelar turnamen tanpa penonton. Meski begitu, keputusan akhir soal nasib Liga 1 2020 masih akan diumumkan sampai akhir Mei.
Otoritas sepak bola Indonesia, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), pun sudah bertindak bijak dengan menegaskan bahwa penghentian kompetisi musim 2020 tergantung sepenuhnya kepada keputusan pemerintah atas situasi pandemi virus corona di Tanah Air.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia menetapkan status keadaan tertentu darurat bencana wabah penyakit akibat virus corona pada 29 Februari hingga 29 Mei 2020.
Adapun PSSI pada akhir Maret lalu sudah memutuskan bahwa jika pemerintah memperpanjang status darurat tersebut, maka Liga 1 dan 2 Indonesia 2020 yang kini tengah dalam masa jeda, akan dihentikan. Akan tetapi, kalau pemerintah tidak memperpanjang masa darurat itu, PSSI akan melanjutkan Liga 1 dan 2 musim mulai tanggal 1 Juli 2020.
Sekarang tentu saja bola untuk melanjutkan kompetisi ada di tangan pemerintah. Pemerintah diharapkan lebih terbuka dan tegas dalam menangani corona yang hingga kini sudah merenggut hampir seribu nyawa manusia di Indonesia. Tidak bisa tidak, pemerintah dituntut lebih terbuka dan jujur soal data-data, terutama jumlah korban corona, agar masyarakat tetap waspada.
Pada bulan Juli nanti, bila tes masif dan pelacakan agresif berhasil dilakukan sejak Mei ini, masyarakat pun diharapkan bisa kembali hidup normal. Tentu saja, pemerintah juga membutuhkan peran warga guna mematuhi kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) demi mencegah penyebaran virus.
Intinya, semua harus bersabar, termasuk para insan sepak bola. Sepak bola memang penting, termasuk kepentingan untuk menggulirkan kompetisi. Tapi di luar itu, ada hal yang jauh lebih penting, yakni kesehatan, keselamatan, dan nyawa manusia.
*) Jurnalis Republika