REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lagu Halo-halo Bandung, Rayuan Pulau Kepala dan Gugur Bunga adalah beberapa lagu terkenal yang diciptakan oleh maestro seniman asli betawi, Ismail Marzuki.
Ismail Marzuki telah menciptakan sekitar 200 lagu sepanjang hidupnya, mulai dari bertema cinta, kemanusiaan hingga perjuangan bangsa. Namanya pun diabadikan sebagai tempat pusat kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM). Pemerintah juga menganugerahi sebagai Pahlawan Nasional pada 2004 lalu.
Ismail Marzuki lahir di Kwitang, Jakarta pada 11 Mei 1914. Saat kecil, ia pernah belajar di sebuah pesantren lalu dilanjutkan dengan menempuh pendidikan di HIS Idenburg (setara SD) di Menteng sampai tamat. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikan sekolah menengahnya di MULO, Menjangan, Jakarta.
Dari bersekolah di MULO, Bang Maing, sapaan akrabnya, menjadi fasih berbahasa Belanda. Dengan modal tersebut, dia diterima bekerja di Socony Service Station dan dapat mempermudah Ismail dalam mempelajari musik. Ismail memulai debutnya di bidang musik pada usia 17 tahun, ketika untuk pertama kalinya ia berhasil mengarang lagu "O Sarinah” pada 1931.
Pengalaman musiknya berkembang pada 1936 ketika ia bergabung dengan orkes Lief sebagai pemain gitar, saxophone, dan harmonium pompa. Kejeniusannya dalam menguasai banyak alat musik, membantunya semakin kreatif dalam mengaransemen lagu dari beragam aliran musik. Mulai dari lagu irama keroncong, religi, langgam melayu hingga lagu Barat juga dikuasainya.
Pada 1940 Ismail Marzuki menikah dengan Eulis Zuraidah, seorang primadona dari klub musik yang ada di Bandung dimana Ismail Marzuki juga tergabung di dalamnya. Pasangan ini kemudian mengadopsi seorang anak bernama Rachmi, yang sebenarnya masih keponakan Eulis.
Karirnya sebagai seniman terus berlanjut pada masa penjajahan Jepang. Ismail turut aktif dalam orkes radio pada Hozo Kanri Keyku Radio Militer Jepang. Dan ketika masa kependudukan Jepang berakhir, Ismail Marzuki tetap meneruskan siaran musiknya di RRI.
Namun, ketika RRI kembali dikuasai Belanda pada tahun 1947, Ismail yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda memutuskan untuk keluar dari RRI. Ia baru kembali bekerja di radio setelah RRI berhasil diambil alih.
Ismail kemudian mendapat kehormatan menjadi pemimpin Orkes Studio Jakarta dan menciptakan lagu Pemilihan Umum yang diperdengarkan pertama kali dalam Pemilu 1955.
Pada 25 Mei 1958, Ismail tutup usia akibat sakit paru-paru yang dideritanya. Selama dua tahun dalam masa sakit, ia menciptakan lagu terakhirnya yang berjudul 'Inikah bahagia?'. Ia meninggal dunia di usia 44 tahun.