Selasa 12 May 2020 14:25 WIB

Trenggiling Bisa Jadi Kunci Berakhirnya Pandemi Corona

Trenggiling diduga menjadi inang virus corona.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Trenggiling, mamalia bersisik yang diduga menjadi inang virus corona. Meneliti gen pada trenggiling diyakini dapat mengungkap kemungkinan perawatan untuk pasien Covid-19.
Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
Trenggiling, mamalia bersisik yang diduga menjadi inang virus corona. Meneliti gen pada trenggiling diyakini dapat mengungkap kemungkinan perawatan untuk pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hewan trenggiling bisa menjadi petunjuk besar untuk mengakhiri pandemi global Covid-19. Dalam sebuah studi baru, para peneliti di Universitas Kedokteran Wina di Austria menganalisis cetak biru genomik trenggiling.

Tim periset membandingkan mamalia bersisik tersebut dengan gen manusia, kucing, anjing, dan sapi. Pada sebagian besar mamalia, ada gen tertentu yang bisa mendeteksi ketika virus memasuki tubuh, lantas memicu respons kekebalan.

Baca Juga

Akan tetapi, trenggiling rupanya tidak memiliki dua gen pengindera virus tersebut. Periset belum mengetahui apakah perbedaan itu yang melindungi trenggiling dari Covid-19 dan menyatakan butuh penyelidikan lebih lanjut.

Studi yang sudah dipublikasikan di jurnal Frontiers in Immunology edisi 8 Mei itu menjadi temuan awal yang penting. Mempelajari perbedaan gen pada trenggiling dapat mengungkap kemungkinan perawatan untuk pasien Covid-19.

"Riset kami menunjukkan bahwa trenggiling bertahan hidup melalui jutaan tahun evolusi tanpa jenis pertahanan antivirus yang digunakan oleh semua mamalia lain," kata salah satu penulis studi, Leopold Eckhart, dikutip dari laman Health 24.

Eckhart menyampaikan, studi lanjutan tentang trenggiling akan menguak bagaimana satwa itu bertahan hidup dari infeksi virus. Sementara pada manusia, corona justru menyebabkan respons imun inflamasi bernama badai sitokin, yang memperparah penyakit.

Eckhart menjelaskan, sistem kekebalan yang terlalu aktif itu dapat dimoderasi dengan mengurangi intensitas atau dengan mengubah waktu reaksi pertahanan. Oleh karena itu, obat yang menekan sinyal gen berpotensi menjadi pilihan pengobatan kasus kritis Covid-19.

Hanya saja, ada kendala lain, yakni obat penekan kekebalan bisa membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi berbeda. "Tantangan utama adalah mengurangi respons terhadap patogen dengan tetap mempertahankan kontrol yang memadai terhadap virus," ujarnya.

Pada Februari lalu, ilmuwan China mengungkapkan dugaannya bahwa wabah virus corona bisa menyebar dari kelelawar ke manusia melalui perdagangan ilegal trenggiling. Trenggiling adalah satu-satunya mamalia bersisik di dunia yang digunakan di Asia untuk makanan dan obat-obatan.

Meskipun dilindungi oleh hukum internasional, trenggiling adalah salah satu mamalia paling diperdagangkan di Asia. Trenggiling dianggap lezat di negara-negara seperti China. World Wildlife Fund, sisik trenggiling digunakan untuk obat tradisional.

"Penemuan terbaru ini akan sangat penting untuk pencegahan dan pengendalian (virus)," demikian pernyataan South China Agricultural University dalam situs resminya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement