Rabu 13 May 2020 04:11 WIB

Sarinah yang Mengubah Sejarah

Buah pikir Sarinah menjadikannya sebagai wanita di balik sosok karismatik Soekarno.

Mal Sarinah yang merupakan pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, diambil dari nama pengasuh Presiden Soekarno.
Foto: Republika
Mal Sarinah yang merupakan pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, diambil dari nama pengasuh Presiden Soekarno.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu

Sarinah, nama ini begitu populer dalam satu pekan terakhir setelah masifnya pemberitaan penutupan gerai pertama restoran cepat saji asal Amerika Serikat di Indonesia, McDonald's. Gerai McDonald's yang sudah berdiri sejak 1991 itu menjadi bagian dari bagunan mall pertama di Indonesia, Sarinah. Namun, mungkin banyak yang belum tau mengapa mall yang berada di salah satu perempatan paling sibuk di Ibu Kota itu disematkan seorang nama perempuan yang terdengar "kampungan" - Sarinah.

Cerita Sarinah dimulai dari sebuah rumah kecil di Mojokerto. Rumah yang disewa pasangan suami-istri Raden Soekemi Sosrodihardjo-Ida Ayu Nyoman. Dari benih Soekemi dan rahim Ida Ayu lahirlah seorang anak laki-laki yang di masa depan ditakdirkan menjadi presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno.

Sarinah adalah asisten rumah tangga di kehidupan keluarga kecil Soekemi-Ida Ayu. Jika dari Ida Ayu, Soekarno mendapatkan garis nasab seorang bangsawan, dari Sarinah, Soekarno mewarisi cinta kasih kepada sesama manusia.

Dalam buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, karya Cindy Adams, di bab ketiga berjudul Mojokerto: Kesedihan di Masa Muda halaman 35, Soekarno menceritakan hubungan batin antara dirinya dengan seorang gadis bernama Sarinah. Dalam cerita tersebut, terbaca jelas sosok Sarinah sangat berpengaruh membentuk karakter Soekarno kecil hingga tumbuh menjadi pribadi yang menyayangi rakyat jelata.

Soekarno membuka cerita tentang Sarinah dengan lugas: "Di samping ibu ada Sarinah, gadis pembantu kami yang membesarkanku. Bagi kami pembantu rumah tangga bukanlah pelayan menurut pengertian orang Barat. Di Kepulauan kami, kami hidup berdasarkan asas gotong royong kerja sama tolong menolong."

Sarinah tinggal bersama keluarga Soekarno bukan sebagai asisten rumah tangga, melainkan sebagai keluarga. Soekarno menegaskan hal tersebut dengan catatan jika Sarinah tinggal bersama keluarganya, memakan apa yang dimakan keluarganya, dan tidur bersama mereka dalam satu atap.

"Sarinah adalah bagian dari rumah tangga kami. Tidak kawin. Bagi kami dia seorang anggota keluarga kami. Dia tidur dengan kami, tinggal dengan kami, memakan apa yang kami makan, akan tetapi ia tidak mendapatkan gaji sepeser pun."

Putra Sang Fajar yang lahir bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud pada 1901 itu tanpa malu mengakui jika Sarinah yang mengajarkan dan mengenalkannya cinta kasih. Dari Sarinah, Soekarno kecil belajar bagaimana menghormati orang lain.

"Dialah yang mengajarkanku untuk mengenal cinta kasih. Aku tidak menyinggung pengertian jasmaniahnya bila aku menyebut itu. Sarinah mengajarkanku untuk mencintai rakyat. Massa rakyat, rakyat jelata."

"Selagi ia memasak di gubuk kecil dekat rumah, aku duduk di sampingnya dan kemudian ia berpidato: Karno, pertama kali engkau harus mencintai ibumu akan tetapi kemudian kau harus mencintai pula rakyat jelata engkau harus mencintai manusia umumnya". Nasihat dan buah pikir Sarinah itu lebih dulu masuk ke dalam kepala dan batin Soekarno daripada masakan Sarinah yang tersuap lewat mulut lalu mendarat di lambung.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement