Jumat 15 May 2020 07:21 WIB

Pandemi Picu Lonjakan Kasus Gangguan Mental

Kekerasan dalam rumah tangga juga dilaporkan meningkat.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Friska Yolandha
Gangguan kesehatan mental ada beragam, salah satunya bipolar.
Foto: Pixabay
Gangguan kesehatan mental ada beragam, salah satunya bipolar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gangguan mental di masa pandemi diprediksi akan terus mengalami lonjakan. Karantina, kematian, kemiskinan, dan kegelisahan akibat pandemi Covid-19 memicu krisis gangguan mental yang serius.

"Isolasi, ketakutan, ketidakpastian, kekacauan ekonomi, itu semua menyebabkan atau dapat menyebabkan tekanan psikologis," kata Direktur Departemen Kesehatan Mental Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Devora Kestel.

Baca Juga

Mengacu pada laporan PBB serta pedoman kebijakan tentang Covid-19 dan kesehatan mental, Kestel mengatakan bahwa peningkatan jumlah dan tingkat keparahan penyakit mental mungkin terjadi. Untuk itu, pemerintah setempat harus menempatkan masalah ini sebagai prioritas.

"Kesehatan mental dan kesejahteraan seluruh masyarakat telah sangat dipengaruhi oleh krisis ini dan merupakan prioritas yang harus segera diatasi," kata Kestel, dilansir Reuters, Jumat (15/5). 

Laporan tersebut menyoroti beberapa wilayah dan bagian masyarakat yang rentan terhadap tekanan mental, termasuk anak-anak dan remaja yang terisolasi dari teman dan sekolah, petugas layanan kesehatan yang melihat ribuan pasien terinfeksi dan meninggal akibat Covid-19.

Studi dan survei yang muncul sudah menunjukkan dampak Covid-19 pada kesehatan mental secara global. Para psikolog mengatakan anak-anak mengalami kecemasan, begitupun kasus depresi mengalami peningkatan di beberapa negara.

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga dilaporkan meningkat. Petugas kesehatan melaporkan peningkatan kebutuhan akan dukungan psikologis.

Bahkan belum lama ini, para dokter dan perawat di Amerika Serikat mengungkap bahwa mereka atau kolega mereka telah mengalami kombinasi panik, kecemasan, kesedihan, mati rasa, mudaj marah, susah tidur, dan mimpi buruk.

Laporan WHO juga memaparkan bahwa, banyak orang yang depresi dipicu oleh dampak kesehatan langsung dan konsekuensi dari isolasi fisik. Ada juga yang mengalami gangguan mental karena takut akan infeksi, meninggal dan kehilangan anggota keluarga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement