REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Laras Kartika Sari, Mahasiswi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung.
Kapan berakhirnya pandemi covid-19 sampai saat ini belum bisa dipastikan. Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) ITB memprediksi covid-19 di Indonesia akan selesai akhir Mei hingga awal Juni 2020.
Guru Besar Statistika UGM memprediksi covid-19 di Indonesia akan berhenti pada akhir Mei 2020. Singapore University of Technology and Design (SUTD) memprediksi covid-19 di Indonesia akan selesai pada 28 Agustus 2020, sedangkan covid-19 di dunia akan selesai pada 7 Desember 2020. Sementara menurut sekjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi persnya di Jenewa (28/4/2020) mengatakan bahwa pandemi covid-19 masih jauh dari selesai.
Pandemi covid-19 adalah bencana multi aspek yang tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan. FAO telah mengeluarkan peringatan bahwa krisis pangan akan mengancam dunia karena rantai pasokan terganggu akibat adanya kebijakan yang diterapkan negara-negara dalam menghentikan penyebaran covid-19.
Bagaimana dengan Indonesia? Krisis pangan di negeri ini juga sangat mungkin terjadi. Apalagi setelah beberapa daerah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang tentu saja akan mengganggu rantai pasokan.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Letjen TNI Doni Monardo pada Senin (13/4/2020) menyampaikan menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo Indonesia mempunyai stok pangan yang aman untuk 3-4 bulan ke depan. Lantas bagaimana jika pandemi covid-19 belum berhenti 3-4 bulan ke depan?
Sementara Presiden Joko Widodo pada Senin (28/4/2020) mengungkapkan telah mendapat laporan terjadinya defisit sejumlah bahan pangan di beberapa provinsi. Pada Sabtu (2/5) Doni Monardo juga menyatakan bahwa ada 2,5 juta petani kesulitan menjual hasil pertanian dan perkebunan akibat dampak pandemi virus covid-19.
Bagi Indonesia, pangan identik dengan beras karena jenis pangan ini merupakan makanan pokok utama bagi 95 persen penduduk. Akan tetapi BPS mencatat luas panen, produktivitas dan produksi tanaman padi di Indonesia pada 2019 menurun dibanding 2018.
Pemerintah saat ini tengah mengerahkan segenap energi untuk menghentikan penyebaran covid-19. Namun ancaman krisis pangan juga tidak boleh luput dari perhatian. Pemerintah harus segera menyusun rencana pencegahan dan penanganan krisis pangan sebagai bagian dari strategi nasional penanganan covid-19.
Jika bertanya dari mana pangan berasal? Jawabannya adalah desa. Oleh karena itu untuk menghadapi ancaman krisis pangan, pemerintah perlu membangun kekuatan mulai dari desa.
Di masa pandemi seperti sekarang ini desa memegang peran vital sebagai pemasok kebutuhan pangan nasional. Sumber pangan adalah pertanian dan desa memiliki sumber daya produksi pertanian.
Selain itu desa juga memiliki kearifan lokal dan kekuatan gotong-royong yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan pangan. Salah satunnya adalah “jimpitan”. Jimpitan adalah tradisi mengumpulkan iuran berupa beras yang diambil setiap hari dari masing-masing rumah warga desa. Tradisi ini dapat dimanfaatkan untuk membangun lumbung pangan selama masa pandemi covid-19.
Masyarakat desa juga memiliki kebiasaan bertanam untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Bagaimana masyarakat desa tetap santai tidak terpengaruh panic buying di tengah pandemi covid-19 adalah karena mereka terbiasa mempunyai stok pangan.
Namun masyarakat desa tidak bisa bergerak sendiri. Diperlukan sinergi mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah desa.
Pemerintah harus memastikan selama masa pandemi covid-19 desa tetap dapat berproduksi dan minim kendala. Pemerintah harus melakukan upaya untuk meminimalkan masyarakat desa terinfeksi covid-19.
Pemerintah juga harus menjaga kelancaran distribusi bahan produksi seperti bibit dan pupuk. Dan yang paling utama adalah pemerintah harus membantu distribusi hasil panennya.
Pemerintah desa juga harus memastikan tidak ada lahan di desa yang terbengkelai.
Fasilitas dana desa penanganan covid-19 hendaknya juga dapat diarahkan untuk menggenjot produksi pertanian. Selain itu pemerintah desa juga harus mampu memberdayakan masyarakat untuk mengolah hasil pertanian di desa agar bernilai tambah.
Membangun kekuatan di desa berarti membangun kekuatan nasional. Dengan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, maka Indonesia akan mampu menepis ancaman krisis pangan.