REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah ilmuwan di Indonesia beserta beberapa masyarakat telah menghasilkan sejumlah penemuan berbasis teknologi. Penemuan ini untuk membantu tenaga kesehatan dalam menangani penularan virus corona.
Salah satunya adalah dosen STEI Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr. Syarif Hidayat. Dia tidak mau tinggal diam setelah menyadari kepanikan akibat Covid-19 yang melanda warga sekitarnya.
Melalui bantuan dana yang ia terima dari Masjid Salman ITB, Syarif memulai kontribusinya dengan mencoba membuat sebuah ventilator, atau alat bantu pernafasan ICU primitif.
Ia kemudian menunjukkan karyanya kepada beberapa dokter untuk mengecek efektivitasnya. Melalui proses tersebut, Syarif menyimpulkan untuk menolong para tenaga medis dan pasien di tengah pandemi COVID-19 secara efektif. Dia tidak perlu menciptakan ventilator serumit yang beredar di rumah sakit.
"Lebih bagus kita membuat alat sederhana yang dapat dibuat secara cepat dan massal, serta dapat digunakan dokter umum dan perawat untuk mencegah memburuknya kondisi pasien," kata Syarif.
Target 600 ventilator dalam dua minggu
Setelah disempurnakan, belasan ventilator yang bernama Vent-I akhirnya didistribusikan dan kini sudah digunakan oleh beberapa rumah sakit di Bandung.
"Secara umum mereka (pihak rumah sakit) merasa terbantu dan sangat senang dengan kemungkinan, terutama di dalam jangka panjang, bahwa ternyata kita punya kemampuan untuk menyediakan alat kesehatan dengan harga yang bersaing."
Komitmen untuk memproduksi Vent-I dari Dr. Syarif masih berlanjut dan turut didukung oleh puluhan anggota perguruan tinggi di Bandung.
Dr Syarif mengatakan saat ini ada sejumlah donatur yang telah menitipkan dananya di Masjid Salman agar bisa segera diproduksi dan disebarluaskan.
"Saat ini dana yang terkumpul menyebabkan saya berhutang kira-kira 600 unit ventilator untuk segera dikirimkan," ujarnya.
Untuk mengejar target produksi dalam dua atau tiga minggu, anggota perguruan tinggi yang sebagian besar merupakan relawan ini, juga bekerja di akhir pekan.
Robot untuk mengurangi interaksi dengan pasien.