REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Risiko transmisi infeksi dari pasien kepada tenaga kesehatan pada saat pemeriksaan untuk menetapkan diagnosis sangat tinggi. Standar perlindungan yang memadai sangat diperlukan.
Ketua tim peneliti, Maya Tejasari kepada wartawan, Selasa (19/5) mengatakan tim Fakultas Kedokteran UNISBA menginisiasi pengembangan sebuah instalasi multiguna untuk prosedur diagnostik yang aman dari resiko transmisi infeksi COVID-19.
"Instalasi ini kami beri nama KOPID3@se (dibaca Kopidtriase)," katanya.
Maya menjelaskan, instalasi ini merupakan prototipe kedua dari desain serial KOPIDprotection yang dikembangkan oleh FK UNISBA setelah prototipe pertama yaitu KOPIDshield yang telah di pergunakan di RS Al Islam Bandung.
Menurutnya, KOPID3@se ini merupakan instalasi multiguna yang memisahkan zona pasien dengan zona tenaga kesehatan secara kedap sempurna. Instalasi ini dilengkapi sistem tekanan negatif yang telah terkalibrasi. Dengan begitu dapat mencegah resiko transmisi termasuk COVID-19, dari pasien kepada tenaga kesehatan.
“Instalasi ini didesain secara ergonomis dengan memenuhi standar keselamatan biologi sehingga tenaga kesehatan cukup menggunakan APD sederhana,” katanya.
KOPID3@se ini, kata dia, dilengkapi dengan peralatan pendukung untuk melakukan prosedur diagnostik seperti, anamnesis, pemeriksaan fisik, rapid test/pengambilan darah, dan pengambilan spesimen swab dalam satu lokasi. Sehingga meminimalisir resiko transmisi antar pasien.
Maya mengatakan, sama halnya dengan semua desain dalam serial KOPIDÞrotection, KOPID3@se ini juga memiliki kelebihan karena dapat digunakan dalam jangka waktu panjang, dibuat menggunakan material yang mudah didapat, serta dapat dikembangkan secara luas di seluruh fasilitas kesehatan.
Penggagas pengembangan desain instalasi multiguna ini adalah para inventor dosen peneliti Fakultas Kedokteran UNISBA. Tim dimotori oleh Maya dengan anggota tim yaitu Wida Purbaningsih, Lelly Yuniarti, Yani Triyani, dan Titik Respati bekerjasama dengan tim satgas COVID-19 RSUD Al Ihsan yaitu Apen Afgani dan Ami Rahm.
Tim inventor peneliti ini juga, bekerja sama dengan konsultan ahli teknik Hikmat Alitamsar dan K.Ardiansyah yang berpengalaman dalam bidang desain dan pembuatan fasilitas kesehatan yang memenuhi standar keselamatan biologi (biosafety).
Saat ini prosedur standar pemeriksaan semua pasien di RS mewajibkan penggunaan APD yang lengkap. Namun, yang sekarang tersedia di Rumah Sakit masih dalam bentuk sekali pakai yang harus diganti setiap petugas berganti pasien atau keluar dari ruang pemeriksaan.
"Kami melihat penyediaan APD yang aman, nyaman dan dapat digunakan dalam jangka waktu panjang sangat diperlukan untuk terlaksananya prosedur penegakan diagnostik yang optimal," ujar Maya.