REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai salah satu tantangan pengembangan produk halal adalah tetap menjaga kualitas dari barang atau jasa. Sebab, industri halal bisa berkembang bukan dengan mengeksploitasi label halal, tetapi dengan menyediakan produk terbaik dan bermanfaat.
Karena itu, ke depannya, kualitas menjadi prioritas dalam pengembangan industri halal.
"Barangkali hikmah dari adanya pandemi Covid-19 ini adalah umat Islam akan semakin peduli pada aspek kesehatan produk termasuk higienitas dan manfaatnya. Hal ini tentu akan berdampak baik pada pengembangan produk halal di masa yang akan datang," kata Ma'ruf di program 'Satukan Shaf Indonesia' bertajuk Prospek Ekonomi Syariah di Indonesia belum lama ini.
Karena itu, ia menilai perlunya menjaga simbol-simbol dan label halal dari penggunaan yang tidak sesuai. Sebab, banyak contoh produk dan jasa yang menggunakan label halal dan dilekatkan dengan kehalalan tetapi justru berkualitas rendah, dan tidak terjamin.
Hal ini kata Ma'ruf, tentu merugikan penggunaan label halal, bahkan cenderung mengeksploitasi umat Islam. Ia mencontohkan, kegiatan investasi atau jasa bodong yang berkedok istilah syariah beberapa waktu lalu.
"Ada investasi yang dikaitkan dengan simbol-simbol Islam tetapi bodong, ada jasa travel yang dikaitkan dengan simbol-simbol Islam tetapi tidak memberikan pelayanan semestinya. Kasus-kasus tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan industri halal di Indonesia," kata Ma'ruf.
Karena itu, ia kembali menekankan pengembangan industri halal harus dilakukan atas dasar kepentingan umat, bangsa dan negara. Yakni dengan visi untuk menyediakan produk terbaik dan bermanfaat (Halalan Thayyiban).
"Jangan justru mengeksploitasi menggunakan label halal atau simbol-simbol Islam," ujar Ketua Harian Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah tersebut.