REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pariwisata menjadi salah satu sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19. Tidak cuma hotel-hotel yang angka okupansinya terjun bebas, di DIY kusir-kusir andong turut terdampak karena tidak ada wisatawan dan penumpang.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Ali Agus mengatakan, andong atau dokar merupakan salah satu ikon wisata di DIY. Akibat pandemi, kusir-kusir tidak memiliki pemasukan, walau harus memberi makan keluarga dan kuda-kuda mereka.
Ia menuturkan, kuda-kuda tidak mungkin dijual karena mitra kerja mereka. Bahkan, selama ini sudah menjadi mitra setia untuk menyambung kehidupan mengantarkan wisatawan yang berkunjung ke DIY.
"Saat Covid-19 melanda, jangankan memberi makan keluarga, memberi makan kuda saja mengalami kesulitan," kata Ali, Kamis (21/5).
Jika dalam situasi normal, kusir-kusir andong tersebut walaupun tinggal di perkotaan tidak kesulitan untuk mendapatkan pakan. Sebab, ada yang menyetor dan uang untuk membeli pakan masih bisa dicari.
Untuk itu, Ali berharap, aksi peduli ini dapat menopang kehidupan selama kondisi kedaruratan Covid-19 lewat pemenuhan pakan ternak kuda. Ia merasa, ini merupakan bagian dari mandat perguruan tinggi melalui tri dharmanya.
"Untuk menghasilkan terobosan riset yang produknya dapat bermanfaaat bagi kemanusiaan," ujar Ali.
Salah satu alternatif solusi pakan ternak kuda di komunitas andong DIY lewat penerapan teknologi tepat guna pelet hijauan pakan. Fakultas Peternakan UGM mendapatkan tiga unit skema teknologi tepat guna (TTG) pada 2020.
Salah satu skema TTG pada 2020 yang dikoordinatori oleh Dr Bambang Suwignyo terkait terdampak Covid-19. Yaitu, berupa penerapan pelet hijauan pakan pada ternak kuda komunitas andong di DIY.
Bambang menyarakan, pelet hijauan pakan ternak memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya bentuk pelet yang sudah berupa campuran bahan yang diperlukan dengan komponen utama hijauan bernutrisi tinggi.
Bentuk pelet ini akan memperkecil peluang ternak memilih, jadi memperkecil peluang sisa pakan. Memudahkan manajemen ketika berada di lapangan, karena kering dan mudah dibungkus atau dimobilisasi.
Lalu, awet karena dapat disimpan lama dan tetap segar. Pelet hijauan dengan bahan utama hijauan dapat berupa campuran berbagai macam rumput liat atau rumput lapangan yang di dalam dunia pertanian, dikenal sebagai jenis gulma.
Menurut Bambang, ada banyak gulma dengan nutrisi tinggi yaitu kadar protein kasar antara 20-29 persen. Kemudian, pelet hijauan pakan yang diberi kepada komunitas andong DI Yogyakarta ini merupakan campurannya.
"Sehingga, diperoleh pakan dengan kandungan nutrisi protein kasar 15 persen dan serat kasar 20 persen," kata Bambang.