REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Produsen obat Astra Zeneca telah meneken kontrak pertamanya untuk dapat memasok 400 juta dosis vaksin Covid-19 dengan dukungan investasi dari agensi vaksin AS. Hanya saja, vaksin tersebut masih dalam tahap pengembangan dan uji coba terakhir tampak tidak efektif menangkal virus corona penyebab Covid-19.
Perusahaan Anglo-Swedia ini melaporkan telah menerima lebih dari 1 miliar dolar AS dari US Biomedical Advanced Research and Development Authority untuk pengembangan, produksi, dan pengiriman vaksin, mulai musim gugur ini. Menurut CEO Astra Zeneca, Pascal Soriot, investasi ini akan mempercepat pengembangan dan produksi vaksin.
Produsen obat ini sudah bergabung dengan pemerintah Inggris. Laman The Guardian melaporkan, Astra Zeneca dan Oxford akan memimpin riset vaksin tahap akhir di sejumlah negara begitu uji coba awal menunjukkan hasil yang menjanjikan.
"Kami akan melakukan segala daya kami untuk membuat vaksin ini tersedia dengan cepat dan luas," kata Soriot dilansir Times Now News, Jumat (22/5).
Perusahaan farmasi, termasuk juga Moderna dan Sanofi, berlomba untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin melawan virus corona, karena para ahli mengatakan itu akan sangat penting untuk memungkinkan negara-negara untuk melonggarkan lockdown dan pembatasan pada kehidupan publik. Dalam sebuah pernyataan ketika pasar dibuka, Astra Zeneca mengatakan, pihaknya telah mengamankan kapasitas produksi untuk 1 miliar dosis dan akan mengamankan perjanjian susulan untuk memperluas kapasitas lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.
"Ini untuk memastikan pengiriman vaksin yang dapat diakses secara global," kata perusahaan.
Perusahaan juga sedang menyelesaikan perjanjian lisensi dengan Oxford University untuk vaksin adenovirus rekombinan yang sekarang dikenal sebagai AZD1222. Vaksin ini dikembangkan oleh Jenner Institute dari Oxford University bekerja sama dengan Oxford Vaccine Group.