Sabtu 23 May 2020 08:25 WIB

Penting, Simak Panduan Silahturahim Lebaran dari Dokter Anak

Ketahui cara aman bersilaturahim Lebaran bagi anak selama pandemi Covid-19.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Makan bersama keluarga. Berlebaran di tengah pandemi, orang tua dan anak sebaiknya tidak melakukan kunjungan silaturahim demi mencegah penularan virus corona tipe baru.
Foto: pixabay
Makan bersama keluarga. Berlebaran di tengah pandemi, orang tua dan anak sebaiknya tidak melakukan kunjungan silaturahim demi mencegah penularan virus corona tipe baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berlebaran di tengah pademi Covid-19 membuat umat Islam tak leluasa dalam menjalin silaturahim seperti biasanya.  Dokter ahli penyakit tropis anak dr Nina Dwi Putri SpA(K) MSc (TropPaed) mengingatkan, pandemi Covid-19 belum berakhir.

Melihat tren data yang dilaporkan oleh kementrian kesehatan maupun yang dikumpulkan oleh seluruh cabang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), peningkatan kasus Covid-19 masih terjadi hingga saat ini. Nina menyarankan, untuk Lebaran kali ini, ramah tamah dilakukan di rumah saja dengan keluarga inti, tanpa mengurangi hikmah lebaran.

Baca Juga

"Untuk anggota keluarga yang tidak serumah, sebaiknya silaturahim ditunda dulu," ujarnya kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Masyarakat diimbau untuk menahan diri agar tetap di rumah dulu dan tidak melakukan ramah tamah secara offline. Sebagai alternatif, silaturahim online (daring) dengan keluarga besar dan sahabat bisa ditempuh.

Anak-anak cukup bersilaturahim dengan anggota keluarga yang tinggal serumah saja. Nina menganjurkan agar ayah dan bunda memberikan pemahaman bahwa saat ini silaturahim dengan anggota keluarga lain seccara langsung masih belum memungkinkan.

Andaikan ada anggota keluarga yang sedang sakit atau mengalami gejala demam maupun infeksi saluran pernapasan akut, maka sebaiknya anggota keluarga tersebut melakukan isolasi mandiri di kamar. Mereka juga harus mengatur jarak, mencegah kontak fisik, tetap menggunakan masker, serta menjaga kebersihan dan etika batuk.

Nina mengingatkan, di masa pandemi ini sebaiknya anak-anak tidak melakukan cium tangan, terutama kepada orang yang tidak tinggal serumah. Ganti cara bersalaman dengan menangkupkan tangan.

"Menggunakan alternatif jenis salaman ini tidak akan mengurangi hikmah dari silaturahim," ujarnya.

Orang tua juga diharapkan menunjukan kasih sayangnya dengan cara lain selain mencium-cium bayi, apalagi jika mereka sedang sakit atau memilki gejala saluran pernapasan. Untuk saudara lain yang tidak serumah, sebaiknya jangan berkunjung dahulu, terutama jika di keluarga tersebut ada bayi baru lahir.

"Sebisa mungkin tidak menggendong atau mencium-cium anak bayi demi menghindari transmisi penyakit infeksi pada bayi yang cenderung lebih rentan dibandingkan anak yang lebih besar," jelas NIna.

Jika terpaksa bepergian, menurut Nina, orang tua dan anak dianjurkan menggunakan masker kain. Namun, anak usia kurang dari dua tahun tidak dianjurkan untuk menggunakan masker, karena anak belum bisa menilai mengenai perasaan sesak atau kekurangan oksigen, sehingga dikhawatirkan akan membahayakan anak.

Saat perjalanan di dalam mobil atau kendaraan umum, tetap perhatikan physical distancing dan jauhi kerumunan atau kepadatan. Selain itu, ajarkan anak untuk selalu menjaga kebersihan tangan.

Cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun atau bisa menggunakan hand sanitizer. Orang tua dan anak tidak perlu menggunakan sarung tangan.

Jika anggota keluarga ingin memberikan angpau, sebaiknya dapat dilakukan secara online. Jika tidak memungkinkan, berikan tanda kasih dengan menggunakan amplop lalu jagalah kebersihan tangan setelah memegang amplop tersebut.

Bagi keluarga yang mempunyai kebiasaan makan bersama, pastikan yang ikut makan bersama hanya yang tinggal di satu rumah. "Sebisa mungkin jangan makan di tempat yang sama dan berganti-ganti alat makan," ujar Nina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement