REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tradisi Lebaran dari tahun ke tahun tidak banyak berubah. Termasuk dalam budaya Betawi seperti makanan.
Sejarawan Universitas Indonesia (UI) Achmad Sunjayadi mengatakan, tradisi Lebaran di Batavia dan masyarakat Betawi sejak zaman kompeni hampir sama. Para pendatang akan meninggalkan kota kembali ke kampung halaman. Sedangkan untuk orang asli Jakarta (Betawi) membuat berbagai makanan khas Lebaran seperti dodol.
Selain itu, Kata Achmad, warga Betawi juga memiliki tradisi tukar menukar rantang berisikan makanan yang akan dikirimkan kepada orang yang lebih tua seperti orang tua, kakek-nenek, atau paman, bibi, atau kakak.
Selain membawa rantang dan mengunjungi rumah orang yang lebih tua, masyarakat Betawi juga punya kebiasaan berziarah ke makam keluarga di Hari Raya Idul Fitri.
“Untuk masyarakat pendatang (bukan Betawi) biasanya mereka mudik ke kampung halaman. Kalau masyarakat Betawi, tradisinya membuat dodol, tukar menukar rantang berisi masakan, ziarah ke makam serta mengunjungi orang yang dituakan,” kata dia saat berbincang dengan Republika.
Pria yang pernah mengikuti kuliah di Dutch Studies, Universiteit Leiden, Belanda ini menjelaskan, ada beberapa makanan yang dipersiapkan masyarakat saat Lebaran yaitu dodol, manisan buah atep (kolang-kolang), manisan pepaya, tape uli, kue akar kelapa, kue satu, kue sagon, kue keranjang.
"Kemudian makanan atau hidangan yang memiliki pengaruh dari Eropa seperti nastar (Ananastaart) dan kastengel (Kaasstengel). Hidangan utama yang selalu dipersiapkan yaitu ketupat dengan sayur godog, semur daging (kerbau), dan yang terakhir sambal," tutur dia.