REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bertahan di tengah pandemi Covid-19 adalah hal yang tidak mudah bagi beberapa kalangan. Terutama bagi pengusaha di bidang kuliner.
Keharusan mematuhi aturan PSBB membuat pengusaha kuliner hanya bisa mengandalkan penjualan dari pemesanan makanan untuk dimakan di luar restoran. Daya beli masyarakat yang menurun juga ikut menambah berat situasi bagi pengusaha kuliner.
Hal yang sama terjadi pada Slamet Basuki atau populer dengan sebutan Chef Uki dari Umaku Sushi yang membuka tempat makannya di kawasan Citragran, Kota Wisata, dan Bintaro. Chef Uki harus mencari cara agar bisa beradaptasi dengan situasi.
"Saya terus terang sudah mulai mencermati sejak kasus di Wuhan," ujar Chef Uki kepada Republika.co.id. Alasannya, beberapa bahan baku untuk menu Jepang di Umaku berasal dari pemasok di China.
Situasi terkait Covid-19 pun makin memburuk di China. Chef Uki lalu mengambil inisiatif membeli ponsel untuk tiap diletakkan di tiap restorannya. Ia beralasan, bila hal terburuk sampai juga di Tanah Air, maka pemesanan makanan masih bisa dilakukan lewat WhatsApp.
"Ketika itu padahal masih boleh makan di restoran, tapi saya memilih melakukan antisipasi," katanya.
Saat PSBB berlaku, otomatis Umaku tidak boleh menerima pelanggan makan di tempat. Chef Uki mulai mengatur strategi, yang pertama dilakukan adalah memastikan standar protokol kesehatan bagi pegawai, mulai dari penggunaan masker hingga hand sanitizer.
Lalu Chef Uki mengkreasikan menu yang cocok untuk dibungkus bawa pulang. Chef Uki juga memilih jenis menu yang terjangkau bagi pelanggan.
Kreasi menu penting sebab pandemi juga menyebabkan pemasok ikan dan bahan baku juga kesulitan. "Seperti tuna sekarang ada kendala. Tuna jadinya baiknya dibekukan, tuna beku tapi tidak cocok dijadikan sushi karena rasanya berubah kering," terangnya.
Alhasil Chef Uki memilih menyajikan tuna dalam kondisi matang. Tuna yang cocok untuk dijadikan sushi atau sashimi karena terkendala dari pemasok maka tidak selalu bisa tersedia.
"Tuna segar itu juga harganya sekarang mahal sekali, tidak masuk dijualan kalau harga harus tinggi," katanya. Chef Uki merasa pandemi yang menurunkan daya beli masyarakat membuatnya harus beradaptasi dengan situasi.
Hadirlah menu tampah sebagai kreasi menu Umaku di tengah pandemi. Untuk menyiasati harga Chef Uki lebih banyak menyajikan sushi roll atau sushi yang matang dibandingkan yang mentah.
Ternyata responsnya di luar dugaan Chef Uki. Minimal 15 set tampah bisa laris untuk pesanan buka puasa tiap dia membuka pesanan tampah seharga Rp 350 ribu untuk 50 buat sushi. Jika tidak promo harganya mencapai Rp 516 ribu.
Chef Uki mengatakan, bagaimana pun pandemi Covid-19 telah menurunkan omzetnya. Makanan bungkus juga mengandung cost yang lebih tinggi sehingga margin keuntungannya tidak bisa sebesar jika restoran tetap buka.
Namun bagi Chef Uki, berbisnis tidak semata mencari keuntungan. Di tengah pandemi ia masih merasa beruntung bisa meraih pendapatan meski hanya 50 persen dari hari biasa.
"Saya bicara keuntungan itu nanti, sekarang yang penting karyawan tetap gajian, listrik, sewa masih bisa dibayarkan. Saya masih bisa bertahan di saat seperti ini," ujarnya.
Sedari awal Umaku tidak pernah menutup gerainya sama sekali. Chef Uki berpandangan, bisnis harus tetap bisa berjalan meski sesulit apapun.
Jika nanti pandemi berakhir dan Umaku masih bisa bertahan, ia yakin akan ada nilai lebih yang diperolehnya. "Jangan mikirkan untung dulu, pikirnya bertahan saja dulu. Karena nanti setelah pandemi berakhir saya tinggal melanjutkan yang sudah ada. Kalau saya setop saya harus mulai dari awal lagi," katanya.
Hingga saat ini Umaku belum merumahkan pegawainya. Chef Uki mengaku beruntung masih bisa menggaji utuh karyawan termasuk memberikan THR.
Ke depan setelah pandemi, ia juga belum akan buru-buru membuka gerainya. Chef Uki memilih bersifat hati-hati. Ia mengedepankan keamanan pangan dan kesehatan pegawainya.
"Saya mikir-mikir juga kalau boleh langsung buka terima pelanggan makan, harus ada pengurangan kursi. Sementara di akhir pekan saja pengunjung waiting list, bagaimana kalau kursi dikurangi," katanya.
Satu lagi yang penting dilakukan oleh pengusaha kuliner. Yaitu promosi di media sosial.
Chef Uki mengatakan ia memegang sendiri akun Instagram Umaku. Ia berpatokan harus ada unggahan baru setiap hari dari Umaku Sushi. Kedekatan yang dibangun lewat media sosial disebutnya akan bermanfaat bagi bisnis.
Strateginya tidak salah. Pandemi justru dirasakan Chef Uki membawa berkah bagi pengikut Instagram Umaku.
Dulu sebelum Covid-19 akunnya hanya diikuti 7.000 follower. Dalam beberapa bulan pandemi, akun Umaku Sushi bertambah followernya menjadi 10.000.
Menurut Chef Uki, berbisnis adalah soal kreativitas. Berbisnis juga tidak semata memikirkan keuntungan. "Kalau kita berkarya untuk membuat orang lain bahagia, maka untung pasti akan datang."