REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru-baru ini sebuah penelitian dari University of California San Diego mengatakan, treadmill atau latihan aerobik berkelanjutan dapat meningkatkan plastisitas otak. Bahkan, olahraga yang dijalankan secara teratur itu disebut-sebut mampu meningkatkan keterampilan motorik.
“Studi [kami] memberikan wawasan baru tentang memperbaiki keterampilan motoric di banyak hal. Dan memberikan informasi tentang bagaimana ini dipelajari,” ujar peneliti tersebut, Nicholas Spitzer, seperti dilansir psychologytoday.
Dia melanjutkan, meski penelitian tersebut dilakukan pada tikus, namun hasilnya dapat berlaku juga pada semua otak mamalia, termasuk manusia. Pasalnya, penelitian terbaru yang diterbitkan pada (4/5) di Nature Communication itu, menyebutkan bahwa peran otak terkoordinasikan dengan keterampilan motorik.
“Di pikiran saya, saya memandang otak tengah sebagai jembatan yang menghubungkan kedua belahan otak cerebellum (bahasa Latin untuk "otak kecil")” lanjut Spitzer.
Dia menerangkan, pada 2009, hipotesisnya tentang keadaan superfluid Flow terkait motoric itu telah dicanangkan. Di mana, hal itu ia sebut akan lebih memungkinkan terjadi selama kinerja atletik ketika keempat belahan otak bekerja bersama dengan sinkronisasi tanpa gesekan.
Sambungnya,koordinasi motorik yang baik bergantung pada otak tengah. Sehingga, kemampuan mengatur koordinasi motoric dengan mengintegrasikan aktivitas antara ganglia basal, otak kecil, dan korteks motorik terjadi.
Spitzer menambahkan, subjek tikus dalam penelitian itu, dilakukan dengan perbandingan. Menurut dia, dari dua tikus dewasa itu, ada yang secara sukarela dan memiliki akses untuk berlari di atas roda olahraga, sementara kelompok tikus lainnya tidak.
Dari hasil tersebut, Nicholas Spitzerdan rekannya Hui-quan Li, menemukan fakta bahwa kelompok tikus yang teratur mempelajari kemampuan motoric selama sepekan, memiliki keterampilan motorik kompleks yang baru.
"Dibandingkan dengan tikus tanpa roda, tikus yang berlari selama satu pekan menunjukkan peningkatan pembelajaran keterampilan motorik, menguasai rotarod yang dipercepat lebih cepat dan mengakomodasi keseimbangan balok lebih cepat," tulis para penulis.
Lebih lanjut, studi itu menerangkan, bahwa berlari dan latihan aerobic menyebabkan neurotransmiter di daerah otak tengah yang disebut nukleus pedunculopontine untuk beralih dari asetilkolin (AC) ke asam gamma-aminobutirat (GABA).Sehingga, Konversi latihan yang diinduksi oleh neuron kolinergik rangsang ini menjadi inhibitor neuron GABA di otak tengah. Sehinggahal itu, ia nilai menjadi faktor pendukungpeningkatan pembelajaran keterampilan motorik.
"Latihan fisik aerobik meningkatkan kemampuan untuk memperoleh keterampilan motorik baru dan berfungsi sebagai terapi untuk banyak gangguan motorik, tetapi dasar tindakannya tidak dipahami dengan baik,” tambahnya.