Selasa 26 May 2020 03:57 WIB

Waspada Gangguan Kesehatan yang Bisa Muncul Setelah Lebaran

Ada makanan dan berlemak yang dihidangkan di meja makan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Fakhruddin
Berbagai makanan terhidang saat Lebaran, santap dalam porsi secukupnya. Hindari makan berlebihan.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Berbagai makanan terhidang saat Lebaran, santap dalam porsi secukupnya. Hindari makan berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Selama sebulan penuh menjalani puasa ramadhan membuat pola makan kaum Muslim dan Muslimah teratur dan terkontrol, bahkan keluhan penyakit bisa diminimalisasi. Namun, rutinitas pola makan normal itu kembali dilakukan saat Lebaran dan setelah Idul Fitri, padahal berbagai ancaman penyakit telah mengintai seperti kolestrol.

Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) Ari Fahrial Syam menjelaskan, biasanya selama hari raya Idul Fitri, ada makanan dan berlemak yang dihidangkan di meja makan. Kemudian karena masih ada, berbagai makanan ini misalnya gulai hingga rendang kembali dipanaskan. Padahal, ia menegaskan kembali memanaskan makanan menjadi masalah baru. 

"Karena ketika dipanaskan lagi apa yang terjadi? kandungan makanannya semakin pekat, kadar garamnya semakin tinggi, dan kandungan kolestrolnya lebih meningkat. Ini harus menjadi perhatian buat masyarakat," ujarnya saat webinar di akun instagramnya, Senin (25/5) malam.

Karena itu, ia mengingatkan supaya kondisi ini diperhatikan masyarakat. Apalagi  penelitian yang pihaknya lakukan maupun penelitian yang dilakukan di luar negeri, kadar kolestrol jahat di tubuh pasien-pasien yang berpuasa ini menurun dan kadar kolestrol baik meningkat.

Selain itu, ia menyebutkan orang yang menderita masalah kecing manis namun berpuasa, biasanya gula darahnya menjadi terkontrol walaupun sebagian dengan obat. Bahkan pasien yang menderita hipertensi maka tekanan darahnya akhirnya terkontrol. 

"Selain itu banyak hal baik yang dilakukan saat puasa ramadhan seperti dzikir, shalat tarawih, kemudian mengurangi asupan makanan. Tetapi pola makan itu kan kembali normal menjadi makan tiga kali sehari," ujar pria yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu.

Karena itu, ia mengingatkan masyarakat tetap mengkonsumsi gizi seimbang dan mengurangi karbohidrat. Ia menyontohkan saat makan pagi bisa mengkonsumsi lauk nasi atau kentang, kemudian saat makan malam cukup porsi sedikit saja karena jika memakan berlebih bisa memicu timbunan lemak.

"Selain itu makan sedikit saat tidur malam hari membuat lambung tidak terlalu penuh. Ini berbeda dibandingkan kalau makan terlalu banyak di malam hari, jadi persoalan ini bisa diatur," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement