Rabu 27 May 2020 21:26 WIB

27 Mei 2006: 5.782 Nyawa Melayang Saat Gempa Yogyakarta

Gempa di Yogyakarta 14 tahun lalu berkekuatan 5,9 SR.

Rep: Puti Almas/ Red: Karta Raharja Ucu
Gempa Yogyakarta 2006. Ilustrasi
Foto: Life.com
Gempa Yogyakarta 2006. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di waktu saat matahari bersiap terbit, memberikan kehangatan bagi seluruh umat manusia dan makhluk hidup di Bumi. Namun, tidak dengan apa yang terjadi di waktu tersebut, pada 27 Mei 2006 di Yogyakarta.

Pada hari itu, sekitar pukul 05.53 atau pukul 05.55 WIB, gempa bumi berkekuatan 5,9 Skala Richter mengguncang salah satu provinsi istimewa di bagian tengah Jawa, Indonesia. Banyak orang yang pada saat itu masih tertidur, maupun masih terkantuk-kantuk, meski sebagian telah terbangun, bersiap memulai aktivitas mereka.

Goncangan yang begitu dahsyat seketika meluluhlantakkan bangunan, infrastruktur, hingga jaringan listrik dan telekomunikasi di seluruh wilayah Yogyakarta, Bantul, dan sekitarnya. Tercatat korban yang terdampak akibat bencana alam ini juga mencapai wilayah-wilayah seperti Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul, Klaten, dan Boyolali.

Hari ini, Rabu (27/5) menandai 14 tahun sudah peristiwa itu berlalu. Namun, tak satupun warga Yogya yang pernah melupakannya, terutama mereka yang selamat setelah merasakan langsung gempa begitu hebat tersebut.

photo
Warga korban gempa Yogyakarta ketika berunjuk rasa. - (blontankpoer.com)

Seperti melalui akun jejaring sosial Twitter, tagar #14TahunGempaJogja menjadi salah satu yang populer dalam pencarian hari ini. Banyak akun pengguna yang membagikan kisah-kisah yang mereka ketahui saat bencana itu terjadi.

Di antaranya akun @riandoed yang menceritakan 14 tahun lalu dirinya adalah seorang siswa kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Meski 27 Mei 2006 jatuh pada Sabtu, namun kegiatan belajar mengajar untuk murid-murid di tingkat tersebut masih dilakukan.

Akun @riandoed mengatakan pagi itu, seperti biasa ia terbangun pukul 05.30 WIB. Ia pun mandi dan bersiap untuk sarapan. Tidak ada yang berbeda dari hari-hari sekolah sebelumnya, demikian dengan rutinitas anggota keluarga lainnya, hingga tiba-tiba goncangan keras menghantam seisi rumah.

Akun milik pria bernama Rio ini menuliskan peristiwa diawali dengan suara gemuruh, yang diyakini olehnya berasal dari atap rumah. Karena khawatir dengan getaran yang begitu kencang, sang ibu menariknya yang sedang berada di dapur untuk pergi keluar rumah. Pintu rumah saat itu terkunci dan mereka bersama-sama berusaha membukanya, hingga beberapa saat kemudian berhasil.

photo
Gempa bumi di Yogyakarta - (Republika/Darmawan)

“Di luar kami melihat tetangga kanan kiri rumah saling memeluk, mencoba menutupi pandangan anak mereka yang ketakutan melihat rumahnya bergoyang naik turun kanan kiri karena goncangan. Setelah beberapa lama, goncangan yang sebenarnya ada jedanya dan tidak terus menerus, akhirnya berhenti,” tulis akun @riandoed melalui jejaring sosial Twitter pada Rabu (27/5).

Sementara, akun @pelesirjogja mengunggah foto Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X saat napak tilas gempa 2006. Saat itu ia mengatakan untuk menyelesaikan bencana, kita harus gumregah dan bangkit.

Meski tercatat berlangsung cukup singkat, yaitu selama 57 detik, goncangan gempa di Yogyakarta dan sekitarnya menyebabkan ratusan bangunan hancur dan membuat ribuan jiwa kehilangan nyawa. Pusat gempa dilaporkan berada di Bantul.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement